Zita menyatakan sebenarnya unggahan tersebut sebagai bentuk kekecewaan dan kemarahan. Saya merasa bahwa reaksi Zita Anjani terhadap keberadaan toko Starbucks di Makkah adalah wajar sebagai seorang muslim yang menghargai nilai-nilai agama dan keberagamaan. Makkah adalah salah satu tempat suci bagi umat Islam dan dianggap sebagai tempat yang sangat sakral, oleh karena itu keberadaan sebuah perusahaan seperti Starbucks di sana bisa dianggap sebagai hal yang tidak pantas. Selain itu, reaksi Zita Anjani juga menggambarkan sebuah kekecewaan terhadap globalisasi dan penetrasi budaya Barat yang semakin merata ke berbagai negara, termasuk di tempat-tempat yang dianggap sebagai pusat keagamaan. Hal ini bisa menjadi perdebatan yang menarik mengenai bagaimana mengelola keberagaman budaya dan agama di era globalisasi ini. Namun, di sisi lain, kita juga harus menghargai keberadaan toko Starbucks di Makkah sebagai bagian dari keberagaman budaya dan ekonomi yang ada di dunia ini. Sebagai sebuah perusahaan global, Starbucks memiliki hak untuk memperluas bisnisnya ke berbagai negara, termasuk di tempat-tempat yang disakralkan. Namun, tentu saja hal tersebut harus dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap nilai dan tradisi lokal serta agama yang ada di tempat tersebut. Dengan adanya reaksi seperti yang ditunjukkan oleh Zita Anjani, bisa dijadikan sebagai sebuah ajakan untuk lebih memperhatikan dan menjaga nilai-nilai agama serta budaya di berbagai tempat di dunia ini. Kita perlu memahami bahwa keberagaman adalah sesuatu yang harus dihargai dan dijaga, tanpa merendahkan atau menghilangkan nilai-nilai yang ada. Sebagai individu, kita bisa mulai dengan memberikan dukungan terhadap produk-produk lokal dan usaha kecil di berbagai tempat, sehingga bisa membantu melestarikan nilai-nilai lokal dan mengurangi penetrasi budaya serta pasar dari luar. Selain itu, kita juga bisa menjadi lebih bijak dalam mengonsumsi produk serta menghargai nilai-nilai tradisional yang ada di tempat-tempat yang kita kunjungi. Dengan demikian, reaksi Zita Anjani terhadap keberadaan toko Starbucks di Makkah bisa menjadi sebuah refleksi bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap nilai-nilai agama dan budaya, serta menjaga keberagaman dan keharmonisan antar umat beragama di dunia ini.