Seorang mahasiswa PTS di Sleman tewas usai latihan silat di kampus. Polisi akhirnya menetapkan pelatih korban sebagai tersangka. Saya merasa sangat terkejut dan prihatin saat membaca berita tersebut. Kekerasan yang seharusnya tidak terjadi di sebuah tempat pendidikan justru terjadi di antara mahasiswa dan pelatih silat. Tindakan pelatih yang secara tidak proporsional mengakibatkan kematian mahasiswa adalah sesuatu yang sangat disesalkan. Sebagai seorang pelatih, seharusnya dia memberikan teladan yang baik kepada para muridnya, bukan malah melakukan tindakan kekerasan yang berujung pada hilangnya nyawa seorang mahasiswa. Tindakan tersebut menunjukkan kurangnya pengendalian diri dan kecermatan dalam melatih bagi seorang pelatih silat. Seharusnya pelatih memiliki kontrol diri yang baik dan mampu menghindari tindakan yang bersifat merugikan dan membahayakan bagi muridnya. Kematian seorang mahasiswa PTS menjadi sebuah pelajaran bahwa kekerasan tidak pernah menjadi jalan keluar dari suatu masalah. Hal ini juga menjadi peringatan bagi lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi silat untuk lebih memperhatikan proses pelatihan yang berlangsung. Pemeriksaan secara ketat terhadap latar belakang dan pendidikan pelatih, serta regulasi yang ketat dalam proses pembelajaran bisa menjadi langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang. Kesejahteraan mental dan emosi pelatih juga harus diperhatikan, karena kondisi emosional yang tidak stabil dapat mempengaruhi cara berpikir dan bertindak seseorang. Kami berharap agar kasus tersebut segera ditangani secara tuntas oleh pihak berwenang, agar keadilan bisa ditegakkan dan tidak ada lagi korban yang jatuh akibat dari tindakan tidak bertanggung jawab. Semoga keluarga korban diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan ini, serta semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak bahwa kekerasan bukanlah cara yang benar dalam menyelesaikan masalah.