Luhut menyebut istilah toxic saat berpesan kepada Prabowo Subianto tentang pemerintahan mendatang. Siapa yang dimaksud Luhut? Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah bahwa pernyataan dari Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebutkan agar Prabowo Subianto tidak membawa orang-orang yang toxic ke dalam pemerintahan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa keberlangsungan pemerintahan harus dijaga oleh orang-orang yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi untuk memajukan bangsa. Dalam situasi politik yang penuh dengan dinamika, keputusan untuk menghindari orang-orang yang toxic dapat membantu menjaga stabilitas pemerintahan. Orang-orang toxic yang dimaksud bisa merujuk pada mereka yang memiliki catatan buruk dalam ranah moral, etika, atau kebijakan. Hal ini tentu akan berdampak buruk pada kinerja pemerintahan dan masyarakat secara keseluruhan jika mereka diberikan posisi strategis dalam pemerintahan. Saya setuju dengan Luhut bahwa dalam memilih orang-orang untuk memimpin suatu negara, haruslah dilakukan dengan cermat dan bijaksana. Menempatkan orang-orang yang toxic dalam posisi pemerintahan justru dapat membawa dampak negatif yang besar bagi bangsa dan negara. Karena itu, Prabowo Subianto sebagai pimpinan Kementerian Pertahanan seharusnya lebih selektif dalam menentukan siapa saja yang akan diajak bekerjasama dalam membangun pemerintahan yang lebih baik. Sebagai seorang pejabat publik, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga integritas, moralitas, dan kinerja pemerintahan. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap pemimpin pemerintahan untuk memilih tim yang kompeten, jujur, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Semoga pernyataan Luhut ini dapat menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam memilih orang-orang yang akan dipercayakan dalam memimpin pemerintahan.