Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro nilai orang toxic yang dimaksud Luhut bisa mengarah pada siapa pun. Tapi, lebih relevan... Menurut saya, tanggapan tersebut cukup menarik karena memberikan sudut pandang yang berbeda terkait pernyataan Luhut Binsar Panjaitan mengenai orang-orang 'toxic'. Dalam konteks politik, memang seringkali terjadi saling tuding antara kubu-kubu yang berbeda. Hal ini biasa terjadi dalam pertarungan politik di Indonesia, di mana masing-masing pihak berusaha mencari kelemahan dan melakukan serangan untuk mendapatkan dukungan publik. Memang benar bahwa dalam pertarungan politik, stigma 'orang toxic' sering digunakan untuk menjatuhkan lawan politik. Namun, dalam hal ini, relevansi pernyataan Luhut lebih condong ke kubu 01 mungkin dikarenakan kubu 01-lah yang lebih sering mengalami tekanan dan serangan dari kubu sebelah. Dikarenakan itu, kubu 01 mungkin lebih rentan terhadap penilaian negatif yang diberikan oleh pihak lawan. Namun, pernyataan Luhut tersebut seharusnya dilihat secara obyektif tanpa terpengaruh oleh kepentingan politik yang ada. "Orang toxic" dapat ditemukan di berbagai kubu dan pihak, tidak terkecuali di kubu 02. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak hanya menilai dari kubu mana pernyataan tersebut lebih relevan, namun lebih penting untuk meninjau secara mendalam siapa sebenarnya yang dimaksud sebagai "orang toxic" dan mengapa pernyataan tersebut dikeluarkan. Sebagai masyarakat, kita seharusnya tidak terjebak dalam polemik politik semata, namun lebih berfokus pada substansi dari pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh para pemimpin dan tokoh-tokoh politik. Hal ini akan membantu kita untuk lebih bijak dalam menilai dan memilih pemimpin yang memang benar-benar mampu memajukan bangsa dan negara.