Tarsum membunuh dan memutilasi istrinya Yanti. Sebelum kejadian, Tarusm diperiksa petugas puskesmas. Ia gelisah dan sempat kabur dari rumah. Saya merasa sangat terkejut dan prihatin ketika membaca berita tersebut. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga sangat tidak bisa dibenarkan dan mencerminkan ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik. Tarsum seharusnya tidak menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah dalam rumah tangganya. Tindakan Tarsum yang meninggalkan rumah sebelum ia melakukan tindakan kekerasan tersebut menunjukkan bahwa dia merasa gelisah dan tidak mampu untuk mengendalikan emosi negatifnya. Hal ini seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua bahwa pentingnya untuk memiliki kemampuan dalam mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat dan tidak merugikan orang lain. Kasus ini juga menunjukkan bahwa pendekatan atau cara untuk menangani konflik dalam rumah tangga masih belum optimal. Perlu adanya upaya lebih besar dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya komunikasi yang efektif dan sehat dalam hubungan antara suami dan istri. Selain itu, juga diperlukan peran serta pihak-pihak terkait, seperti keluarga, teman, dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga. Saya juga berharap bahwa kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga semacam ini tidak akan terjadi lagi di masa depan. Diperlukan upaya dari semua pihak untuk mencegah dan mengatasi kasus kekerasan dalam rumah tangga, termasuk dengan memberikan pendidikan dan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang pentingnya keharmonisan rumah tangga serta penyelesaian konflik yang sehat. Terakhir, saya berharap agar korban kekerasan dalam rumah tangga, dalam hal ini istri Tarsum, mendapatkan perlindungan dan bantuan yang cukup untuk memulihkan diri dan mendapatkan keadilan. Semoga kasus ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya menjaga hubungan dalam rumah tangga dengan baik dan tanpa kekerasan.