Warga Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, menggelar zikir tahlil untuk mengawali pemindahan 208 makam yang terdampak proyek tol Jogja-Solo. Saya merasa prihatin dengan relokasi 208 makam di Klaten yang terdampak proyek tol Jogja-Solo. Situasi ini jelas menimbulkan ketidaknyamanan bagi keluarga dan kerabat yang telah menguburkan orang-orang tercinta mereka di tempat tersebut. Pengalaman kehilangan seseorang adalah sebuah proses yang sangat sensitif dan penting bagi setiap individu, sehingga harus dilakukan dengan penuh penghormatan dan kehati-hatian. Langkah warga untuk melakukan dzikir sebagai bentuk penghormatan kepada arwah para almarhum pastinya dapat memberikan sedikit ketenangan bagi mereka. Dzikir adalah cara untuk meredakan kesedihan dan menguatkan hati dalam menghadapi cobaan yang tidak terduga. Semoga kegiatan dzikir tersebut dapat memberikan kekuatan spiritual bagi warga yang merasa terdampak oleh relokasi makam tersebut. Saya juga berharap pihak terkait dapat memberikan penjelasan yang transparan dan komprehensif kepada para keluarga yang terdampak, serta memberikan solusi yang adil dan bermartabat bagi relokasi makam tersebut. Kejelasan dan kejujuran dalam menangani kasus ini sangatlah penting untuk menjaga kepercayaan dan keamanan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan penyelesaian ini dapat meminimalisir rasa kehilangan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh warga. Saya juga berharap agar pemerintah dan pengembang proyek tol Jogja-Solo dapat belajar dari kasus ini untuk lebih bijak dalam merencanakan dan melaksanakan proyek infrastruktur di masa depan. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan sangat membantu untuk menghindari konflik seperti ini terjadi lagi di kemudian hari. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan bagi semua pihak.