Alek Komarudin, kakek berusia 72 tahun asal Garut ditemukan tewas mengenaskan penuh luka di dalam rumahnya. Dia dibunuh dua pria yang menaruh dendam. Berita mengenai ucapan terakhir seorang pembunuh sebelum dieksekusi memang selalu menarik perhatian publik. Ucapan terakhir tersebut bisa memberikan gambaran mengenai perasaan dan pikiran pelaku sebelum mereka menghadapi hukuman mati. Dalam kasus ini, ucapan terakhir yang disampaikan oleh pembunuh menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam terhadap tindakan kejahatan yang dilakukannya. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua mengenai pentingnya pengendalian emosi dan penyelesaian konflik dengan cara yang lebih baik. Penting untuk diingat bahwa setiap tindakan kejahatan memiliki konsekuensi yang harus ditanggung oleh pelaku. Dalam kasus pembunuhan, kehidupan seseorang telah direnggut secara tidak adil dan pelaku harus menanggung hukuman yang setimpal. Meskipun ada rasa simpati terhadap ucapan terakhir pembunuh yang menunjukkan penyesalan, namun keadilan harus tetap ditegakkan demi melindungi masyarakat dari tindakan kejahatan yang serupa di masa depan. Ucapan terakhir pembunuh sebelum dieksekusi juga dapat memicu pembicaraan mengenai efektivitas hukuman mati sebagai bentuk hukuman terberat. Beberapa orang mungkin melihat hukuman mati sebagai cara yang efektif untuk mencegah penjahat melakukan tindakan kejahatan serupa, sementara yang lain mungkin mempertanyakan kehumanisannya. Diskusi mengenai hukuman mati dan alternatif hukuman lainnya perlu terus dilakukan agar sistem hukum dapat terus ditingkatkan demi keadilan yang lebih baik. Kisah pembunuhan dan eksekusi selalu menyentuh hati banyak orang. Ucapan terakhir pembunuh sebelum dieksekusi dapat menjadi catatan yang mengingatkan kita semua akan kerentanan manusia terhadap kesalahan dan keputusan yang buruk. Semoga dengan adanya berita ini, kita dapat lebih waspada terhadap setiap tindakan kita dan lebih menghargai nilai kehidupan manusia.