Pendaftar pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat dari jalur perseorangan atau independen sepi peminat. Saya merasa prihatin dan sedikit heran dengan berita tersebut. Pilgub Jabar merupakan momen penting bagi masyarakat Jawa Barat untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, fakta bahwa jalur perseorangan belum ada pendaftar jelang penutupan menunjukkan kurangnya minat atau mungkin kendala-kendala yang dihadapi oleh calon perseorangan dalam mendaftar sebagai calon gubernur. Kurangnya minat dari calon perseorangan bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya popularitas, minimnya dukungan politik maupun finansial, serta kendala-kendala teknis dalam pengumpulan syarat pencalonan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana sistem pendaftaran calon perseorangan dimudahkan untuk memfasilitasi partisipasi politik yang lebih inklusif dan merata di tengah masyarakat. Di sisi lain, hal ini juga menjadi pertanda penting bagi pemerintah maupun penyelenggara pemilu untuk melakukan evaluasi terhadap mekanisme pendaftaran calon perseorangan. Mungkin perlu adanya sosialisasi lebih intensif dan efektif terhadap jalur perseorangan agar lebih banyak masyarakat yang tertarik dan mampu memenuhi syarat untuk mencalonkan diri. Penutupan jalur pendaftaran yang masih sepi juga memberikan tanda untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilu dalam menentukan masa depan daerah mereka. Dengan partisipasi yang tinggi, diharapkan kualitas pemimpin yang terpilih juga akan semakin baik untuk mewakili kepentingan masyarakat secara luas. Secara keseluruhan, berita ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dalam sistem pendaftaran calon perseorangan agar dapat memberikan kesempatan yang lebih adil dan merata bagi setiap individu yang ingin berpartisipasi dalam konteks politik. Semoga ke depannya, partisipasi politik masyarakat dapat meningkat sehingga terwujud pemimpin yang terbaik untuk masyarakat Jawa Barat.