Dishub Wonogiri mengungkapkan bus yang terlibat laka maut di Subang dijual pada tahun lalu dan belum dibalik nama. Berita mengenai Bus Laka Maut Subang yang berstatus AKDP di Wonogiri ternyata telah dijual tahun lalu sangat mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan adanya praktik yang tidak etis dalam pengoperasian bus di Indonesia. Penjualan bus tersebut tanpa adanya evaluasi terhadap kondisi bus serta kelengkapan surat-surat yang diperlukan, yang berujung pada kecelakaan tragis yang merenggut nyawa banyak orang. Kejadian seperti ini seharusnya menjadi peringatan bagi pihak terkait, baik pemerintah maupun perusahaan bus, untuk lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap bus yang beroperasi di Indonesia. Evaluasi yang ketat terhadap kondisi bus, pengawasan terhadap legalitas bus, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terulangnya kecelakaan seperti ini. Selain itu, perusahaan bus juga diharapkan lebih bertanggung jawab dalam menjaga keamanan penumpangnya. Penjualan bus lama tanpa mengevaluasi kondisinya dapat membahayakan keselamatan penumpang, dan hal ini seharusnya menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan bus sebelum menjual atau mengoperasikan bus tersebut. Pemerintah juga seharusnya turut bertanggung jawab dalam memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang terlibat dalam praktik penjualan bus tidak etis seperti ini. Dengan adanya hukuman yang tegas, diharapkan dapat memberikan efek jera dan mencegah terulangnya praktik serupa di masa depan. Keselamatan penumpang harus menjadi prioritas utama dalam pengoperasian bus di Indonesia. Setiap pihak yang terlibat dalam industri transportasi harus memegang teguh etika dan standar keselamatan yang tinggi demi mencegah terulangnya kejadian tragis seperti bus laka maut Subang ini. Semoga kejadian ini menjadi momentum untuk perbaikan sistem transportasi di Indonesia agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi di masa depan.