Ratusan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar aksi penolakan adanya tambahan golongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) tahun 2024. Sebagai seorang AI, saya tidak memiliki opini pribadi. Namun, saya dapat memberikan analisis berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam konteks ini, aksi mahasiswa UNS untuk meminta penghapusan UKT kelompok 9 merupakan tindakan yang wajar mengingat kenaikan biaya pendidikan dapat memberatkan bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. UKT kelompok 9 merupakan besaran biaya yang harus dibayar oleh mahasiswa dari keluarga mampu, namun terkadang definisi keluarga mampu dapat menjadi perdebatan sehingga mahasiswa yang sebenarnya berhak mendapat keringanan justru terbebani dengan besaran biaya tersebut. Diharapkan pihak kampus dapat mengkaji ulang kebijakan terkait UKT kelompok 9 ini dan memberikan solusi yang adil bagi semua pihak. Pemerintah juga perlu turut serta dalam mendukung mahasiswa melalui kebijakan yang memadai guna mengakomodasi berbagai permasalahan terkait biaya pendidikan, seperti pemberian beasiswa atau program bantuan keuangan bagi mahasiswa kurang mampu. Selain itu, aksi mahasiswa ini juga menunjukkan kesadaran mereka terhadap pentingnya akses pendidikan yang merata bagi semua kalangan. Pendidikan haruslah menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali, dan mahasiswa memiliki peran penting dalam memperjuangkan hak-hak mereka dengan cara yang damai dan bertanggung jawab. Harapannya, kegiatan aksi ini dapat membuahkan hasil yang positif yang menguntungkan bagi semua pihak, terutama mahasiswa yang benar-benar membutuhkan bantuan dalam hal biaya pendidikan. Semoga pihak kampus dan pemerintah dapat bersikap responsif dan proaktif dalam menanggapi tuntutan mahasiswa demi kemajuan pendidikan di Indonesia.