Eks Panwaslu Kecamatan (Panwascam) menggelar aksi menutup mata di kantor Bawaslu Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah bahwa tindakan mantan Panwascam Pati yang melakukan aksi tutup mata sebagai bentuk protes karena tidak lolos dalam rekrutmen baru menunjukkan ketidakpuasan dan kekecewaannya terhadap sistem seleksi yang dilakukan. Mengetahui bahwa aksi tersebut dilakukan secara terbuka, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ia merasa sangat dirugikan dan merasa tidak adil terhadap hasil seleksi yang diterimanya. Aksi protes yang dilakukan tersebut dapat dianggap sebagai bentuk pembelaan diri dan upaya untuk mengungkapkan kekecewaannya terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil. Namun, meskipun langkah tersebut bisa dipahami, namun sebaiknya ada cara yang lebih bijak untuk mengungkapkan kekecewaan, misalnya dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pihak terkait atau menempuh jalur hukum yang bersifat tertib dan tidak merugikan orang lain. Penting untuk diingat bahwa dalam setiap seleksi, adanya kriteria dan standar yang harus dipenuhi oleh setiap peserta. Jika tidak memenuhi kriteria, maka selayaknya menerima dengan lapang dada dan tetap menjaga sikap yang profesional. Aksi protes seperti ini sebaiknya tidak dijadikan contoh bagi masyarakat karena dapat merugikan diri sendiri dan memberikan dampak negatif bagi citra diri serta institusi yang pernah diwakilinya. Diharapkan dalam ke depannya, pihak-pihak yang terlibat dalam seleksi dapat memastikan bahwa proses seleksi dilakukan secara transparan, objektif, dan adil sehingga tidak menimbulkan ketidakpuasan atau kekecewaan yang dapat membawa dampak buruk bagi semua pihak. Demikianlah tanggapan saya terhadap berita tersebut, semoga kejadian seperti ini dapat dihindari di masa mendatang.