Pemilik 80.000 benih bening lobster (BBL) senilai Rp 1,6 miliar masih misterius. Saya merasa prihatin dan khawatir dengan kejadian penyelundupan 80.000 benih lobster di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) tersebut. Adanya kegiatan penyelundupan seperti ini dapat merugikan ekosistem laut dan membahayakan kelangsungan hidup spesies lobster di Indonesia. Penyelundupan benih lobster juga dapat merusak perekonomian para petani lobster yang sah dan berdampak negatif pada industri perikanan di Indonesia. Kehadiran aktivitas penyelundupan benih lobster ini juga menunjukkan adanya kelemahan pada pengawasan dan penegakan hukum di wilayah tersebut. Penting bagi pihak berwenang untuk segera mengungkap pelaku penyelundupan ini agar dapat diberikan sanksi yang tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, perlu adanya peningkatan upaya pencegahan dan pengawasan di wilayah perbatasan, termasuk di bandara-bandara internasional, guna mengurangi kasus penyelundupan yang merugikan. Penting juga bagi pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keberlanjutan ekosistem laut, termasuk dalam hal perlindungan terhadap spesies lobster. Pelaku penyelundupan harus menyadari dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan mereka terhadap lingkungan dan ekonomi. Selain itu, perlu adanya kerjasama antara pemerintah, pihak berwenang, dan masyarakat dalam melindungi sumber daya alam khususnya lobster untuk menjaga ekosistem laut yang sehat. Dengan adanya peningkatan kesadaran dan kerjasama semua pihak, diharapkan kasus penyelundupan benih lobster seperti ini dapat dicegah dan dikurangi di masa yang akan datang. Perlindungan terhadap sumber daya alam laut merupakan tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh seluruh pihak agar ekosistem laut tetap lestari dan berkelanjutan. Semoga pelaku penyelundupan benih lobster ini segera terungkap dan mendapat hukuman yang setimpal sehingga dapat memberikan efek jera bagi pelaku tindakan ilegal serupa di masa depan.