Dalam pernyataannya, Angkatan Bersenjata Ukraina berhak menggunakan senjata Inggris untuk menyerang Rusia. Tentu saja, berita tersebut sangat mengkhawatirkan karena menunjukkan potensi eskalasi konflik yang sangat serius antara Ukraina dan Rusia. Ancaman Rusia untuk menyerang London sebagai balasan atas penggunaan senjata dari Inggris oleh Ukraina adalah tindakan yang sangat tidak masuk akal dan tidak dapat diterima dalam konteks hukum internasional. Sikap ancaman untuk melakukan bombardir terhadap kota London oleh Rusia merupakan bentuk kekerasan dan agresi yang tidak memiliki alasan yang sah. Hal tersebut jelas melanggar hukum internasional dan dapat membahayakan keamanan serta perdamaian dunia. Selain itu, ancaman tersebut juga dapat meningkatkan tensi politik antara berbagai negara dan berpotensi memicu konflik global yang lebih besar. Sikap negara seharusnya adalah untuk mencari solusi damai dalam penyelesaian konflik, bukan dengan menggunakan ancaman dan kekerasan. Melalui dialog dan diplomasi, konflik antara Ukraina dan Rusia dapat diselesaikan dengan cara yang lebih aman dan berkeadilan bagi kedua belah pihak. Tindakan memprovokasi dan mengintimidasi seperti ancaman Rusia terhadap London hanya akan memperburuk situasi yang sudah rumit tersebut. Penting bagi komunitas internasional untuk bersatu dan menekan kedua belah pihak untuk mencari solusi damai dalam konflik Ukraina-Rusia ini. Semua negara harus bekerja sama untuk mencegah eskalasi konflik yang dapat membahayakan perdamaian dunia. Semua pihak harus mengedepankan dialog, toleransi, dan perdamaian sebagai solusi yang tepat dalam menyelesaikan konflik ini. Kami berharap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini dapat menjaga kebijaksanaan dan kesadaran akan konsekuensi negatif dari ancaman dan tindakan kekerasan. Semua pihak harus mengutamakan kepentingan perdamaian dan keamanan dunia demi kesejahteraan bersama. Semoga konflik ini segera terselesaikan dengan damai tanpa menimbulkan lebih banyak kerugian dan penderitaan bagi rakyat baik Ukraina maupun Rusia.