Lima warga dari 89 korban keracunan makanan hajatan di Kalurahan Kalitekuk, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, menjalani rawat inap. Pertama-tama, saya merasa prihatin atas kejadian keracunan makanan yang menimpa 5 orang korban di Hajatan di Semin Gunungkidul. Keracunan makanan merupakan masalah serius yang bisa mengancam nyawa seseorang, apalagi jika terjadi dalam jumlah korban yang banyak seperti kasus ini. Saya berharap agar korban-korban yang terkena keracunan tersebut segera pulih dan mendapatkan perawatan yang baik. Kesehatan dan keamanan makanan merupakan hal yang harus diperhatikan dengan serius, terutama dalam acara-acara besar seperti hajatan. Penting bagi penyelenggara acara untuk memastikan kualitas makanan yang disajikan kepada para tamu agar tidak terjadi kasus keracunan makanan seperti ini. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kualitas bahan makanan yang digunakan serta memastikan proses pengolahan makanan dilakukan dengan benar. Selain itu, pihak yang bertanggung jawab dalam acara hajatan juga harus siap tanggap dalam penanganan kasus keracunan makanan. Misalnya dengan memberikan pertolongan pertama kepada korban keracunan, segera memberitahu pihak berwenang seperti instansi kesehatan terdekat, serta memberikan informasi yang jelas kepada para tamu tentang kondisi makanan yang menjadi penyebab keracunan tersebut. Kesadaran akan pentingnya keamanan pangan juga perlu ditingkatkan oleh masyarakat agar kasus keracunan makanan dapat diminimalisir. Masyarakat perlu memahami pentingnya memilih tempat dan makanan yang aman serta menjaga kebersihan dalam menyajikan makanan. Hal ini juga penting untuk menghindari risiko keracunan makanan yang bisa membahayakan kesehatan. Di akhir, saya berharap agar kejadian keracunan makanan di Hajatan di Semin Gunungkidul ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak terkait untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan dalam menjaga kualitas dan keamanan makanan. Semoga kasus keracunan makanan seperti ini tidak terulang di masa yang akan datang.