Selama ini sering kali tersebar anggapan di masyarakat yang salah bahwa berkurban cukup sekali seumur hidup padahal tidak seperti itu kebenarannya. Menurut saya, pandangan Buya Yahya mengenai ibadah kurban setiap tahun atau cukup sekali seumur hidup sebagai ibarat shalat Dhuha merupakan sebuah perumpamaan yang sangat tepat. Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam yang mampu. Sebagaimana shalat Dhuha yang tidak wajib namun sangat dianjurkan untuk dilakukan, ibadah kurban pun memiliki nilai yang besar dan pahala yang berlipat apabila dilakukan setiap tahun. Secara syariat, ibadah kurban merupakan wujud rasa syukur dan pengorbanan kepada Allah SWT. Melalui ibadah kurban, umat Islam diajarkan untuk bersikap dermawan dan rela berbagi rezeki dengan sesama, terutama kepada yang membutuhkan. Dengan melakukan ibadah kurban setiap tahun, kita dapat memperkuat rasa solidaritas dan saling berbagi dalam mempererat tali persaudaraan sesama umat Muslim. Namun demikian, saya juga memahami pandangan yang menyatakan bahwa cukup melakukan ibadah kurban sekali seumur hidup jika memang kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Setiap individu memiliki kondisi dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk melakukan ibadah kurban setiap tahun. Tidak ada yang melarang untuk melaksanakan ibadah kurban hanya sekali seumur hidup, asalkan dilakukan dengan niat yang tulus dan ikhlas serta sesuai dengan ketentuan syariat. Dalam hal ini, yang terpenting adalah tulus dalam menjalankan ibadah kurban, baik itu dilakukan setiap tahun maupun sekali seumur hidup. Hal tersebut juga harus didukung dengan niat yang ikhlas dan kesadaran untuk berbagi rezeki dengan sesama. Akhirnya, yang perlu diingat adalah bahwa ibadah kurban bukan hanya sekedar ritual atau tradisi semata, tetapi juga sebagai bentuk ibadah yang menyelami makna pengorbanan, keikhlasan, dan kesediaan untuk berbagi kepada sesama.