Hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa Astomo Arbiyanto dengan pidana denda sebanyak Rp 3 juta. Saya merasa bahwa keputusan Astomo untuk menggelar resepsi pernikahannya diiringi oleh musik DJ di Lubuklinggau adalah tindakan yang kurang bijaksana. Mengingat keadaan pandemi Covid-19 yang masih belum usai, kegiatan yang melibatkan kerumunan orang seharusnya dihindari untuk mencegah penyebaran virus. Selain itu, penggunaan musik DJ yang keras dan mengundang penonton juga bisa meningkatkan risiko penularan virus. Denda sebesar Rp 3 juta yang harus dibayar oleh Astomo merupakan konsekuensi dari pelanggaran aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam rangka penerapan protokol kesehatan. Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi semua orang bahwa melanggar aturan selama pandemi tidak akan luput dari konsekuensi hukum yang harus ditanggung. Sementara itu, perlu diingat bahwa penyelenggaraan pernikahan adalah momen penting dalam kehidupan seseorang dan seharusnya dijalani dengan penuh kebahagiaan. Namun, kebahagiaan tersebut sebaiknya tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan keselamatan dan kesehatan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Dengan adanya denda sebesar Rp 3 juta, diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat agar lebih disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan demi kepentingan bersama. Kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas utama, sehingga semua kegiatan, termasuk pernikahan, sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan faktor tersebut. Saya berharap agar kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak, agar tidak mengabaikan protokol kesehatan demi kepentingan pribadi. Kita semua harus saling bertanggung jawab untuk membantu memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Semoga kita semua bisa lebih sadar dan peduli terhadap situasi saat ini, sehingga kita bisa segera pulih dan kembali ke kondisi normal.