Pekan lalu, Israel merebut perbatasan Rafah dan melancarkan operasi militer di kota tempat sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina berlindung. Tanggapan saya terhadap berita ini adalah bahwa ketegangan antara Mesir dan Israel semakin memanas, terutama setelah serangan Israel terhadap Rafah. Pengiriman pasukan tank ke perbatasan Gaza oleh Mesir dianggap sebagai langkah untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi eskalasi konflik yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa situasi di Timur Tengah masih sangat rentan terhadap konflik dan perlombaan persenjataan. Selain itu, serangan Israel terhadap Rafah dapat meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina, serta antara Israel dan negara-negara Arab lainnya. Serangan ini juga dapat memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza yang telah lama menderita blokade ekonomi dan pembangunan. Meskipun Mesir berusaha memperkuat posisinya dengan mengirimkan pasukan tank ke perbatasan, namun hal ini juga dapat memperburuk hubungan antara Mesir dan Palestina. Selain itu, perlombaan persenjataan di wilayah tersebut dapat memicu konflik lebih lanjut dan memperparah keadaan kemanusiaan di wilayah tersebut. Penting bagi kedua belah pihak untuk mencari solusi damai dan berdialog untuk mengatasi perbedaan mereka, daripada memperburuk situasi dan meningkatkan ketegangan. Masyarakat internasional juga perlu turut serta dalam mengupayakan perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, serta menghentikan segala bentuk kekerasan dan tindakan agresif yang dapat merugikan banyak pihak.