“Penasaran tas yang ngga gue tebus karena mahalan harga pajak daripada harga tasnya udah dikirim balik belum ya ke pengirim,” tulis Enzy dikutip.... Tanggapan saya terhadap berita ini adalah bahwa saya merasa prihatin dengan situasi yang dialami oleh Enzy Storia. Wajar bagi siapa pun untuk merasa keberatan ketika harus membayar pajak yang mahal, terlebih jika harganya jauh lebih tinggi daripada harga asli barang yang dibeli. Pungutan bea cukai yang tinggi tentu bisa menjadi beban ekonomi bagi konsumen, terutama bagi kelas menengah ke bawah. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih banyak tantangan dalam hal kebijakan bea cukai di Indonesia, yang seharusnya dapat dipertimbangkan ulang agar tidak memberatkan konsumen. Pemerintah perlu memperhatikan keadilan dalam penerapan pajak agar tidak merugikan konsumen maupun pelaku usaha. Sementara itu, curhatan Enzy Storia juga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua agar lebih waspada dan teliti dalam berbelanja barang impor. Sebaiknya kita memahami dengan seksama aturan dan ketentuan pajak yang berlaku agar tidak terkejut dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan nantinya. Terlepas dari itu semua, saya juga berharap agar Pemerintah dapat memberikan solusi yang adil dan berkelanjutan terkait masalah bea cukai ini agar konsumen, terutama yang tergolong ekonomi menengah ke bawah, tidak terbebani dengan pajak yang terlalu tinggi. Mungkin perlu adanya evaluasi dalam penerapan kebijakan tersebut agar lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara luas. Kita juga sebagai konsumen harus tetap waspada dan mengedukasi diri sendiri mengenai aturan-aturan bea cukai yang berlaku agar bisa menghindari masalah serupa. Selalu lakukan riset sebelum membeli barang impor agar tidak terkejut dengan biaya tambahan yang mungkin harus kita tanggung. Semoga kejadian seperti ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih waspada dan berhati-hati dalam bertransaksi, terutama dengan barang-barang impor.