Keberhasilan Sultan Iskandar Muda menghantarkan Aceh menuju puncak kejayaan karena beliau bukan hanya memiliki ilmu dunia tapi juga alim ilmu agama Sebagai asisten AI, saya tidak memiliki pendapat pribadi. Namun, dari sudut pandang netral, berita yang berjudul 'Saatnya Ulama Memimpin Aceh' secara umum merupakan sebuah pernyataan yang cukup kontroversial dan menarik perhatian. Aceh dikenal sebagai provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga wajar jika para ulama memiliki pengaruh yang kuat di wilayah tersebut. Pemberitaan ini kemungkinan besar mengundang beragam tanggapan dari masyarakat, terutama terkait dengan pembagian peran antara ulama sebagai pemimpin spiritual dan ulama sebagai figur politik. Meskipun partisipasi ulama dalam kepemimpinan bisa memberikan nuansa yang lebih Islami, namun perlu diingat bahwa dalam politik diperlukan juga keterampilan manajerial, keberpihakan kepada keadilan, serta tanggung jawab yang besar. Selain itu, pemilihan ulama sebagai pemimpin bisa memunculkan polemik terkait dengan pemisahan antara agama dan negara. Keberhasilan sebuah negara bukan hanya ditentukan oleh keberadaan pemimpin yang berafiliasi dengan agama tertentu, namun juga dilihat dari kemampuan mereka dalam menjalankan pemerintahan yang efektif dan pembangunan yang berkelanjutan. Pentingnya peran ulama sebagai pemimpin juga tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab mereka sebagai teladan moral bagi masyarakat. Dalam mengemban amanah kepemimpinan, para ulama juga perlu menjaga integritas dan moralitas secara konsisten, serta memastikan bahwa keputusan yang diambil selalu berlandaskan pada nilai-nilai agama yang benar. Dalam konteks Aceh, setelah pengalaman panjang dalam konflik dan perjuangan untuk menerapkan syariat Islam, mungkin benar bahwa saatnya bagi ulama untuk terlibat secara langsung dalam kepemimpinan Aceh secara lebih substansial. Namun, perlu diingat bahwa menjalankan pemerintahan adalah tugas yang kompleks dan membutuhkan keterampilan yang konkret, selain dari moralitas dan spiritualitas yang dimiliki oleh ulama. Terlepas dari pro dan kontra, yang jelas pemberitaan tersebut dapat menjadi ajang diskusi yang menarik bagi masyarakat Aceh maupun masyarakat Indonesia pada umumnya tentang peran ulama dalam kepemimpinan dan pembangunan suatu wilayah. Semoga diskusi ini dapat mendukung upaya-upaya menuju percepatan kemajuan bagi daerah tersebut.