Pembahasan peredaran bahan bakar minyak (BBM) eceran di Kota Samarinda hingga saat ini belum juga berujung Saya rasa berita tersebut menggambarkan masalah yang serius terkait pengelolaan pertamini di Samarinda. Perbandingan pertamini dengan penyakit merupakan metafora yang cukup tepat, mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya bagi masyarakat serta lingkungan sekitar. Pertamini ilegal atau tidak teratur mengakibatkan berbagai masalah, seperti persaingan usaha tidak sehat, penyalahgunaan bahan bakar, serta kerugian negara akibat pajak yang tidak dibayarkan. Pengamat ekonomi Samarinda yang mengaitkan pertamini dengan penyakit menunjukkan bahwa masalah ini memerlukan penanganan serius dan solusi yang komprehensif. Pemerintah daerah perlu terlibat aktif dalam mengatasi permasalahan ini, baik melalui pengawasan ketat terhadap pertamini yang beroperasi maupun edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menggunakan bahan bakar yang legal dan aman. Selain itu, langkah preventif seperti pemberian sanksi tegas terhadap pelaku pertamini ilegal juga perlu diterapkan untuk mencegah penyebaran praktik ilegal tersebut. Selain itu, sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan serta kesehatan masyarakat melalui penggunaan bahan bakar yang sesuai standar juga perlu dilakukan secara masif. Keterlibatan seluruh elemen masyarakat, termasuk pelaku usaha pertamini, dalam menyelesaikan masalah ini juga sangat penting. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, diharapkan masalah pertamini ilegal di Samarinda dapat terselesaikan dengan baik. Secara keseluruhan, berita ini menjadi panggilan bagi seluruh pihak untuk bersatu dan berkolaborasi dalam menangani masalah pertamini ilegal di Samarinda, guna menciptakan lingkungan usaha yang sehat dan mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.