Helikopter yang ditumpangi Presiden Iran Ebrahim Raisi dilaporkan jatuh di perbatasan Azerbaijan, Minggu (19/5/2024). Sebagai seorang yang tertarik dengan berita dunia internasional, saya merasa sangat menarik dan penting untuk mengetahui informasi bahwa helikopter yang ditumpangi Presiden Iran ternyata merupakan buatan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa ada kerjasama antara kedua negara tersebut dalam hal pembelian persenjataan, meskipun hubungan politik keduanya tidak selalu baik. Ketika helikopter yang jatuh ternyata merupakan buatan AS, tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan yang besar mengenai celah keamanan atau kesalahan teknis yang mungkin ada dalam penggunaan helikopter tersebut. Apakah hal ini disebabkan oleh kesalahan teknis, human error, atau mungkin ada tindakan sabotase dari pihak ketiga. Selain itu, hal ini juga bisa menjadi pelajaran bagi Iran untuk lebih memeriksa keamanan dan kualitas dari peralatan militer yang dibelinya dari luar negeri, terutama dari negara-negara yang memiliki hubungan politik yang kurang baik dengan negara tersebut. Hal ini juga bisa menjadi titik awal untuk meningkatkan keamanan dan kemandirian dalam produksi persenjataan militer secara mandiri. Mengetahui bahwa helikopter yang jatuh merupakan buatan AS juga dapat memicu reaksi politik dan publik di Iran, terutama mengenai hubungan dengan AS dan rencana masa depan Iran dalam menghadapi situasi politik yang tidak stabil di kawasan tersebut. Hal ini juga bisa memperdalam ketegangan antara kedua negara dan membatasi kerjasama di masa depan. Dalam konteks yang lebih luas, berita ini juga dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia sebagai negara non-blok untuk lebih waspada dalam menjalin kerjasama militer dengan negara-negara asing dan memastikan bahwa peralatan yang dibeli memenuhi standar keamanan dan kualitas yang tinggi. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa keamanan nasional harus tetap dijaga dengan sepenuh hati tanpa mengabaikan kerjasama internasional yang ada.