2 orang oknum debt collector menjadi tersangka setelah berusaha menarik paksa mobil wisatawan yang hendak berlibur di Jogja. Terciduknya 2 debt collector yang hendak ambil paksa mobil turis di Jogja merupakan peristiwa yang sangat tidak etis dan tidak patut ditolerir. Tindakan tersebut tidak hanya merugikan secara materiil bagi korban, tetapi juga mencoreng nama baik profesi debt collector secara keseluruhan. Sebagai seorang debt collector, seharusnya mereka memahami batasan-batasan hukum yang berlaku dan tidak boleh menggunakan metode kekerasan atau ancaman untuk menagih utang. Keberadaan debt collector seharusnya lebih sebagai mediator antara pemberi pinjaman dan peminjam, bukan sebagai oknum yang menciptakan ketakutan dan kecemasan bagi pihak yang berutang. Mereka seharusnya menggunakan pendekatan yang profesional dan mengedepankan etika dalam melakukan tugasnya. Tindakan seperti yang dilakukan oleh dua debt collector di Jogja tersebut hanya akan menimbulkan ketakutan dan ketidakpercayaan dalam masyarakat terhadap profesi debt collector. Kepada pihak yang melakukan tindakan tersebut, seharusnya diberikan sanksi yang tegas agar menjadi pelajaran bagi mereka dan juga sebagai contoh bagi debt collector lainnya agar tidak melakukan hal serupa di masa yang akan datang. Penegakan hukum yang adil dan efektif perlu dilakukan agar tidak terjadi lagi kasus-kasus serupa di masa mendatang. Kepada masyarakat, sebaiknya berhati-hati dalam memilih debt collector yang akan menagih utang, pastikan mereka bekerja secara profesional dan tidak menggunakan cara-cara yang merugikan atau melanggar hukum dalam menyelesaikan masalah utang piutang. Selain itu, penting juga untuk mengetahui hak-hak Anda sebagai peminjam dan tidak segan-segan melaporkan jika merasa diperlakukan secara tidak adil atau melanggar hukum oleh debt collector. Semua pihak perlu bekerja sama untuk mencegah terulangnya kasus-kasus yang merugikan ini di masa depan.