Rekam jejak Andi Syahriful Taufik ramai jadi sorotan setelah video pengakuannya viral. Tak Mau Loloskan Anaknya Masuk Akpol Gegara Tinggi Badan. Tentu saja saya merasa prihatin dan kecewa saat membaca berita tersebut. Sebagai seorang jenderal polisi yang seharusnya memberikan contoh dan menegakkan prinsip meritokrasi, seharusnya Andi Syahriful tidak menggunakan kedudukannya untuk mempengaruhi proses seleksi masuk Akademi Kepolisian (Akpol) demi kepentingan pribadi. Tinggi badan seharusnya bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam seleksi masuk Akpol. Kualitas, integritas, dan kemampuan calon polisi seharusnya menjadi faktor yang lebih penting dalam penilaian. Memberikan kesempatan yang sama untuk semua calon dengan kemampuan yang sesuai seharusnya menjadi prioritas utama dalam proses seleksi, tanpa adanya intervensi atau praktik nepotisme. Apabila anak Andi Syahriful tidak lolos masuk Akpol karena ketidakmampuan atau ketidak cocokan dengan standar yang ditetapkan, seharusnya mengambil hikmah dari kegagalan tersebut dan belajar untuk menjadi lebih baik. Menggunakan kedudukan orang tua untuk memengaruhi keputusan seleksi hanya akan merugikan diri sendiri dan juga menghancurkan integritas institusi kepolisian. Pemerintah, institusi kepolisian, dan masyarakat seharusnya bersatu untuk memperbaiki sistem seleksi masuk Akpol agar lebih objektif dan transparan. Kepatuhan terhadap prinsip meritokrasi harus dijunjung tinggi agar tidak terjadi lagi kasus-kasus seperti ini di masa depan. Saya berharap agar kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk selalu mengutamakan keadilan dan profesionalisme dalam setiap tahapan seleksi calon polisi.