Saksi Joice Triatman menceritakan mudahnya menjadi staf khsusus (Stafsus) dari Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat masih menjabat sebagai Mentan Saya merasa prihatin dengan adanya fakta-fakta seperti ini yang menggambarkan betapa mudahnya seseorang menjadi staf khusus (stafsus) hanya berbekal CV dan sekali wawancara. Proses seleksi yang seharusnya ketat dan transparan tampaknya tidak berjalan sesuai dengan standar yang seharusnya. Hal ini memberikan kesan bahwa jabatan stafsus diisi secara sembarangan tanpa mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman yang dimiliki oleh para kandidat yang jauh lebih layak. Selain itu, besarnya gaji yang diterima oleh Joice Triatman selaku stafsus yang mencapai Rp 31 juta juga menjadi sorotan. Angka tersebut jauh di atas rata-rata gaji pekerja di Indonesia, sehingga menjadi pertanyaan apakah gaji tersebut sebanding dengan kinerja dan kontribusi yang diberikan oleh yang bersangkutan. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran negara untuk membayar gaji stafsus yang seharusnya memang harus sesuai dengan kualitas kerja dan tanggung jawab yang diemban. Permasalahan ini juga menunjukkan perlunya reformasi dalam sistem seleksi dan penunjukan stafsus di Indonesia agar dapat memastikan bahwa jabatan tersebut diisi oleh orang-orang yang memang memiliki kapasitas, integritas, dan kompetensi yang sesuai dengan tugas yang akan diemban. Proses seleksi yang lebih ketat, transparan, dan objektif perlu diterapkan guna mencegah adanya penyalahgunaan kekuasaan dalam pengisian jabatan stafsus. Sebagai anggota masyarakat, kita harus terus mengawal dan menuntut transparansi dalam pengisian jabatan-jabatan penting seperti stafsus demi terwujudnya pemerintahan yang bersih, efisien, dan akuntabel. Kita juga harus lebih kritis dalam menyikapi berita-berita seputar penunjukan stafsus agar dapat mendesak pemerintah untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas sistem seleksi stafsus di masa yang akan datang.