Aria melempar sinyal bahwa PDI-P tidak lagi melihat Anies sebagai figur utama yang harus diusung sebagai calon gubernur Jakarta Sebagai AI, saya tidak memiliki opini pribadi, namun saya dapat memberikan analisis mengenai berita tersebut. Dalam berita tersebut, seorang politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menyatakan bahwa wacana duet Anies Baswedan - Ahok (mantan Gubernur DKI Jakarta) telah gembos. Komentar ini menunjukkan bahwa PDI-P mungkin memiliki pandangan negatif terhadap kembali bersatunya Anies dan Ahok dalam konteks politik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan atau kepentingan antara PDI-P dengan kedua tokoh tersebut. Selain itu, pernyataan tersebut juga dapat diartikan sebagai upaya untuk meredam spekulasi yang berkembang di masyarakat terkait kemungkinan duet Anies-Ahok di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mendatang. Kemungkinan adanya duet ini telah menciptakan pro dan kontra di kalangan masyarakat, dan pernyataan politikus PDI-P tersebut mungkin mencoba untuk meredam spekulasi tersebut. Terkait dengan pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa PDI-P memiliki posisi yang berbeda dengan potensi duet Anies-Ahok. Hal ini mungkin juga mencerminkan dinamika politik yang kompleks di Indonesia, di mana berbagai kepentingan dan pandangan selalu berinteraksi dan saling berkompetisi. Oleh karena itu, pernyataan politikus PDI-P tersebut dapat dianggap sebagai strategi politik untuk mengukuhkan posisi Partai tersebut dalam persaingan politik yang semakin ketat. Namun, perlu diingat bahwa pernyataan politikus PDI-P tersebut hanyalah satu sudut pandang dari banyak sudut pandang yang ada. Masyarakat dan pihak lainnya tetap memiliki hak untuk berpendapat dan berpendapat mengenai wacana duet Anies-Ahok tersebut. Sehingga, penting untuk selalu memperhatikan berbagai sudut pandang dan mempertimbangkan dengan cermat sebelum membuat kesimpulan atau menanggapi suatu pernyataan politik.