Sebelumnya, Ketum GP Ansor mengaku bakal bertindak bila ada pihak-pihak yang menyakiti Jokowi dan keluarga. Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah bahwa peringatan yang diberikan oleh PDI-P kepada GP Ansor untuk tetap memegang teguh spirit NU untuk Merah Putih dan bukan untuk kelompok tertentu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mempertahankan keberagaman dan persatuan dalam masyarakat. Sudah seharusnya organisasi yang berbasis agama seperti NU tidak terlibat dalam politik identitas yang bisa memecah belah persatuan bangsa. Sebagai gerakan Islam terbesar di Indonesia, NU seharusnya memberikan contoh dalam mendorong persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada. Hal ini juga menjadi penting mengingat Indonesia merupakan negara dengan keberagaman agama, suku, dan budaya yang sangat kaya. Dalam konteks tersebut, NU sebagai organisasi Islam yang besar seharusnya berperan sebagai penjaga keharmonisan antarumat beragama dan antarkeragaman. Oleh karena itu, memegang teguh semangat NU untuk Merah Putih sangatlah penting agar tidak terjadi politisasi agama atau suku yang dapat memicu konflik di masyarakat. Selain itu, peringatan yang diberikan oleh PDI-P juga menjadi pengingat bagi seluruh elemen masyarakat, terutama organisasi-organisasi besar seperti NU, untuk tidak terjebak dalam politik identitas yang berpotensi merusak persatuan bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia harus mampu menyatukan perbedaan dan bersatu demi kepentingan bersama. Semangat Merah Putih harus dijunjung tinggi sebagai simbol dari kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Dalam konteks politik, penting bagi semua pihak untuk menjaga netralitas dan tidak terlibat dalam politik identitas yang dapat memecah belah masyarakat. Semua pihak, termasuk NU dan GP Ansor, seharusnya fokus pada penguatan nilai-nilai kebangsaan dan mendukung pembangunan bangsa demi kepentingan bersama. Dengan demikian, semangat NU untuk Merah Putih akan terjaga dan menjadi alat untuk memperkuat persatuan kita sebagai bangsa Indonesia.