Beberapa pedagang kerak telor di Pekan Raya Jakarta (PRJ) atau Jakarta Fair Kemayoran, mengeluh karena omzet penjualan tahun ini menurun. Tanggapan saya terhadap berita ini adalah saya merasa prihatin dengan kondisi pedagang kerak telor di PRJ yang mengeluh sepi pembeli. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 masih berdampak besar terhadap sektor usaha mikro seperti pedagang makanan di tempat wisata. Selain itu, penurunan jumlah pembeli juga dapat disebabkan oleh adanya pembatasan kapasitas pengunjung di PRJ yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung yang datang. Situasi ini juga merupakan salah satu contoh dari dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Para pedagang yang bergantung pada pendapatan harian dari penjualan makanan tentu akan merasa tertekan ketika jumlah pembeli menurun drastis. Kondisi ini juga mengisyaratkan perlunya dukungan dari pemerintah atau pihak terkait untuk membantu para pedagang agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi situasi sulit ini. Selain itu, kondisi sepi pembeli juga dapat menjadi alarm bagi pemangku kepentingan terkait untuk mencari solusi dalam menggenjot kunjungan pembeli ke PRJ. Upaya-upaya pemasaran dan promosi yang kreatif serta program stimulus ekonomi bagi pengunjung dapat menjadi solusi jangka pendek untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan mendukung para pedagang. Diharapkan dengan adanya perhatian dan dukungan yang lebih besar dari pemerintah maupun masyarakat, para pedagang kerak telor dan pedagang lainnya di PRJ maupun tempat wisata lainnya dapat bertahan dan pulih dari dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19. Semoga situasi ini segera berangsur pulih dan membaik sehingga para pedagang dapat kembali beroperasi secara normal dan pembeli dapat menikmati kuliner yang mereka tawarkan.