Penampilan jemaah haji asal Makassar saat tiba di Tanah Air selalu ada yang terlihat glamor. Mereka tampak mengenakan 'mispa' dan perhiasan emas. Berita tentang glamornya jemaah haji Makassar saat tiba di tanah air dengan menggunakan mispa dan perhiasan emas mengundang berbagai tanggapan dari masyarakat. Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa penggunaan mispa dan perhiasan emas saat tiba dari ibadah haji adalah wajar sebagai bentuk kebahagiaan dan kesyukuran atas keberhasilan menunaikan ibadah haji. Bagi mereka, mispa dan perhiasan emas adalah salah satu cara untuk merayakan momen suci tersebut. Di sisi lain, ada juga yang beranggapan bahwa kemewahan tersebut seharusnya tidak ditunjukkan secara berlebihan atau dipertontonkan kepada publik. Kehadiran mispa dan perhiasan emas saat tiba di tanah air setelah menjalani ibadah haji seharusnya lebih bersifat personal dan tidak perlu dipublikasikan. Selain itu, ada juga yang mengkritik bahwa penggunaan mispa dan perhiasan emas saat tiba di tanah air justru dapat menunjukkan sikap kesombongan dan kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah. Sebagai umat muslim, seharusnya kita menjaga nilai-nilai kesederhanaan dan kerendahan hati, terlepas dari kemampuan finansial yang dimiliki. Ibadah haji seharusnya membuat seseorang lebih mencintai kebersamaan, tolong-menolong, dan kejujuran, bukan malah menonjolkan kekayaan dan kemewahan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap individu melakukan introspeksi diri dan memperbaiki sikap agar lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk selalu mengingat bahwa haji bukan semata-mata tentang menunjukkan kemewahan, tetapi lebih kepada kesederhanaan dan ketulusan dalam beribadah. Sehingga, sebaiknya setiap jemaah haji memperhatikan cara berpakaian dan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan agama. Mungkin dengan berbagi kebahagiaan kepada sesama, seperti memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, adalah cara yang lebih baik untuk merayakan keberhasilan menunaikan ibadah haji.