Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo menyebut angka kelahiran di Indonesia menurun. Ia menargetkan satu pasangan lahirkan satu anak perempuan. Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah bahwa penurunan angka kelahiran yang drastis dapat menjadi sebuah peringatan bagi kita semua. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa mungkin masyarakat semakin sadar akan pentingnya kontrol kelahiran sebagai upaya untuk mengendalikan pertumbuhan populasi yang terlalu cepat. Target yang dicanangkan oleh BKKBN untuk satu pasangan hanya melahirkan satu anak perempuan juga merupakan langkah yang tepat. Dengan demikian, diharapkan bahwa akan terjadi keseimbangan antara angka kelahiran dan ketersediaan sumber daya yang ada. Selain itu, kelahiran anak perempuan juga memiliki dampak positif dalam pembangunan masyarakat, seperti peningkatan kesejahteraan dan pendidikan anak perempuan dalam jangka panjang. Namun, perlu diingat juga bahwa target yang ditetapkan BKKBN tersebut sebaiknya diimbangi dengan sosialisasi yang cukup agar masyarakat benar-benar memahami pentingnya kontrol kelahiran. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan yang memadai dalam hal akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pedesaan. Selain itu, penurunan angka kelahiran juga perlu diikuti dengan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat agar dapat mengatasi berbagai dampak sosial dan ekonomi dari penurunan angka kelahiran. Upaya seperti ini akan memastikan bahwa penurunan angka kelahiran tidak hanya menjadi masalah, tetapi juga peluang untuk pembangunan yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian, saya berharap bahwa target yang ditetapkan oleh BKKBN ini dapat mencapai sasarannya dan memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat Indonesia ke depannya. Penurunan angka kelahiran yang diatur dengan tepat dan disertai dengan kebijakan yang mendukung akan membawa manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.