'Kalau dia gentleman dan sadar posisi ini strategis, maka dia harusnya mau undur diri,' kata Safenet soal Menkominfo Budi Arie Tanggapan saya terhadap berita yang berjudul 'Safenet: Kalau Gentleman, Budi Arie Harusnya Mundur' adalah berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menanggapi tuntutan tersebut. Pertama, sebagai seorang pemimpin organisasi, Budi Arie memang seharusnya memiliki kemampuan untuk mengayomi seluruh anggota organisasi dan menunjukkan sikap yang bijaksana dalam mengelola konflik internal. Jika memang Budi Arie dinilai telah gagal dalam memenuhi kriteria tersebut, maka merupakan langkah yang tepat jika dia memutuskan untuk mundur dari jabatannya. Namun, di sisi lain, penting juga untuk mempertimbangkan apakah tuntutan tersebut berasal dari suara mayoritas anggota organisasi atau hanya dari sebagian kecil pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Selain itu, perlu juga diketahui apakah ada kesalahan atau tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh Budi Arie yang menjadi alasan dari tuntutan tersebut. Karena dalam menyikapi sebuah tuntutan untuk mundur, harus didasari oleh data dan bukti yang valid. Selain itu, sebagai seorang pemimpin, Budi Arie juga perlu memberikan penjelasan serta membuka dialog dengan anggota organisasi untuk mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan konflik internal tersebut. Memilih untuk mundur mungkin bisa menjadi opsi terakhir jika upaya-upaya mediasi dan negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Namun, harus diingat bahwa mundur juga bukanlah satu-satunya pilihan yang bisa diambil dalam menyelesaikan konflik internal. Kesimpulannya, dalam menanggapi tuntutan untuk mundur seperti yang disampaikan oleh Safenet terhadap Budi Arie, perlu dilakukan secara bijaksana dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang ada. Proses penyelesaian konflik internal harus dilakukan dengan transparan, adil, dan melibatkan seluruh pihak yang terlibat. Kepentingan organisasi dan kesejahteraan anggotanya harus menjadi prioritas utama dalam mengambil keputusan.