Muhadjir juga menyinggung perihal perguruan tinggi negeri yang seharusnya bisa mandiri dalam hal pembiayaan. Saya merasa sangat kecewa dan prihatin dengan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang menyebutkan wisuda sebagai ajang kampus untuk mencari uang. Pernyataan tersebut sangat tidak pantas mengingat pentingnya momen wisuda bagi para mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan mereka dengan tekun dan kerja keras. Wisuda seharusnya menjadi momentum untuk merayakan prestasi dan kesuksesan akademis para mahasiswa, bukan dijadikan sebagai ajang untuk mencari keuntungan finansial. Saat ini, biaya pendidikan tinggi sudah cukup memberatkan bagi banyak mahasiswa dan keluarganya. Dengan adanya pernyataan seperti ini, lebih menimbulkan kesan bahwa pendidikan hanya menjadi komoditas bisnis belaka. Pernyataan Muhadjir juga dapat memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan menjadikan pendidikan semakin terkooptasi oleh kepentingan komersial. Sebagai seorang menteri yang seharusnya menjadi teladan dalam memberikan pendidikan yang bermutu, sebaiknya Muhadjir memperhatikan dampak dari pernyataan yang keliru seperti ini. Seharusnya, beliau sebagai pemimpin bidang pendidikan mendorong semangat prestasi dan penghargaan terhadap setiap pencapaian mahasiswa, bukan malah memandangnya sebagai ajang untuk mendapatkan keuntungan finansial. Muhadjir seharusnya memberikan pernyataan yang membanggakan terhadap prestasi mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan mereka. Sikap yang lebih bijak adalah dengan mendukung penyelenggaraan acara wisuda yang berkesan dan bermakna bagi mahasiswa, tanpa menekankan unsur komersial. Kita berharap ke depannya, para pemangku kepentingan pendidikan dapat lebih peduli terhadap esensi dari pendidikan itu sendiri, yaitu memberikan ilmu dan membentuk karakter, bukan semata-mata tentang mencari uang.