Rembug Sedulur Sikep diikuti sekitar 500 orang sedulur sikep dari enam kabupaten, termasuk Blora, Kudus, Pati, Grobogan, Rembang, dan Bojonegoro. Saya merasa sangat Setuju dengan upaya yang dilakukan Bupati Blora dalam mengingatkan pentingnya melestarikan tradisi "Rembug Sedulur Sikep" pada generasi muda. Tradisi tersebut sangat bernilai karena merupakan warisan budaya dan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan menanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini pada generasi muda, diharapkan tradisi tersebut tetap terjaga dan bisa terus dilestarikan untuk anak cucu kita kelak. Selain itu, melibatkan generasi muda dalam tradisi-tradisi lokal seperti Rembug Sedulur Sikep juga dapat memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat. Dengan tradisi ini, generasi muda bisa belajar untuk saling bertukar pikiran, bersama-sama mencari solusi untuk permasalahan, dan menjaga kerukunan di lingkungan sekitar. Diharapkan juga dengan kegiatan seperti Rembug Sedulur Sikep ini, generasi muda dapat belajar untuk menghargai perbedaan pendapat, saling mendengarkan, dan mencapai mufakat dalam mengambil keputusan. Hal ini merupakan skill yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membentuk kepribadian generasi muda menjadi lebih toleran dan inklusif. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi Rembug Sedulur Sikep, generasi muda juga dapat belajar untuk lebih mencintai budaya dan akar tradisi mereka sendiri. Ini akan membentuk identitas dan jati diri yang kuat pada generasi muda, sehingga mereka tidak kehilangan jati diri dalam arus globalisasi dan modernisasi yang kian pesat ini. Terakhir, upaya Bupati Blora untuk menekankan pentingnya melestarikan tradisi Rembug Sedulur Sikep pada generasi muda juga dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi daerah lain. Semoga langkah yang diambil ini dapat membuahkan hasil yang baik dalam melestarikan tradisi-tradisi lokal dan memberikan nilai positif bagi masyarakat Blora secara keseluruhan.