Wali murid menyebut, pelatih menginformasikan anak-anak mendapat juara 1 di Malaysia dan menginformasikan hal yang salah ke Disporapar Jateng. Berita mengenai polemik Piagam Palsu PPDB Jateng yang menimbulkan kontroversi karena wali murid mengaku ditipu oleh pelatih marching band sangat mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan adanya ketidakjujuran dan ketidakadilan dalam proses seleksi penerimaan peserta didik baru di Jawa Tengah. Penipuan semacam ini tentunya merugikan tidak hanya wali murid yang menjadi korban, tetapi juga merusak integritas dari seluruh proses PPDB yang seharusnya transparan dan adil. Kejadian ini juga memperlihatkan perlunya pengawasan yang lebih ketat dalam proses PPDB agar tidak terjadi penyalahgunaan unsur-unsur palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi. Pihak terkait, baik sekolah maupun Dinas Pendidikan harus segera mengambil langkah tegas untuk mengungkap dan menindak pelaku penipuan ini agar ke depannya tidak terulang kembali. Selain itu, pelatih marching band yang terlibat dalam penipuan ini juga seharusnya mendapatkan sanksi yang tegas karena telah mengecewakan kepercayaan dari wali murid dan mencoreng nama baik institusi pendidikan yang bersangkutan. Tindakan penipuan tidak dapat ditoleransi dalam dunia pendidikan karena dapat merusak moral dan integritas generasi penerus. Adanya penipuan dalam proses PPDB juga memperkuat urgensi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pihak terkait harus memastikan bahwa setiap proses seleksi peserta didik baru dijalankan dengan integritas, tanpa adanya praktik-praktik curang yang merugikan pihak lain. Kasus ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak terkait agar lebih berhati-hati dan teliti dalam melaksanakan proses PPDB demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan di Jawa Tengah. Semoga kasus serupa tidak terulang di masa yang akan datang dan proses PPDB dapat berjalan dengan lancar, transparan, dan adil bagi semua pihak yang terlibat.