Intimidasi tersebut berupa pelarangan para junior untuk berbicara mengenai kasus seorang mahasiswi yang diduga bunuh diri karena dirundung seniornya. Tanggapan saya terhadap berita ini sangat prihatin dan mengkhawatirkan. Kasus intimidasi dan perundungan yang dilakukan oleh senior terhadap junior, terutama dalam bidang anestesi yang membutuhkan kerjasama dan kepercayaan antar anggota tim, merupakan hal yang tidak bisa dibiarkan. Perilaku intimidasi ini tidak hanya merugikan korban secara psikologis, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Menjadi seorang mahasiswa harusnya memberikan contoh yang baik dan mendukung rekan-rekan junior untuk tumbuh dan berkembang. Tidak seharusnya senior mengintimidasi juniornya, karena hal tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat dan tidak kondusif. Selain itu, aturan untuk tidak membicarakan kasus perundungan juga merupakan langkah yang keliru, karena hal tersebut dapat menjadi pembatas bagi korban untuk mencari bantuan dan perlindungan. Menkes sebagai pembina pendidikan kesehatan harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini dengan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku intimidasi dan perundungan. Perlindungan terhadap hak-hak mahasiswa harus diutamakan untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan. Selain itu, juga perlu adanya pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat agar tercipta lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua mahasiswa. Penting bagi institusi pendidikan, terutama universitas, untuk memiliki kebijakan yang jelas dan mekanisme penanganan kasus intimidasi dan perundungan. Selain itu, perlunya pelatihan bagi mahasiswa dan staf akademik tentang pentingnya menjaga etika dan sikap saling menghormati dalam lingkungan akademik. Hanya dengan adanya kesadaran dan komitmen bersama, kita dapat mencegah kasus intimidasi dan perundungan di kalangan mahasiswa, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi semua.