Menurut Aburizal Bakrie, Presiden Jokowi 'turun kasta' apabila menjadi ketua Dewan Pembina Golkar Sebagai sesama politisi, wajar jika Aburizal Bakrie merasa ragu dengan niatan Jokowi untuk menjadi Ketua Dewan Pembina Golkar. Ketika seorang figur populer seperti Jokowi ingin terlibat dalam partai politik tertentu, banyak pihak akan memiliki pandangan berbeda. Di satu sisi, kehadiran Jokowi mungkin akan membawa dampak positif bagi Golkar dengan menarik perhatian publik dan mendatangkan suara yang lebih banyak. Namun, di sisi lain, hal tersebut juga dapat menimbulkan konflik internal di partai. Selain itu, sebagai Ketua Dewan Pembina, Jokowi akan memiliki pengaruh yang besar dalam keputusan strategis partai. Hal ini tentu menjadi titik perhatian bagi para pengurus partai, terutama bagi yang memiliki pandangan politik yang berbeda. Mereka mungkin merasa terancam dengan kehadiran Jokowi dan secara tidak langsung mempengaruhi konsolidasi internal partai. Meskipun demikian, partisipasi Jokowi dalam Golkar juga dapat dianggap sebagai upaya untuk memperkuat demokrasi internal dalam partai. Keberagaman pandangan politik dan pemimpin yang beragam dapat menjadi aset dalam memperkaya ideologi dan arah kebijakan partai. Sehingga, jika niatan Jokowi jujur dan sungguh-sungguh ingin bergabung dengan Golkar demi kepentingan partai dan bangsa, seharusnya dapat menjadi dorongan positif bagi partai tersebut. Namun, tentu saja hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi Golkar dalam mengelola dinamika internal partainya. Perlu adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antara seluruh pihak agar proses pengambilan keputusan di partai dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Sehingga, kehadiran Jokowi dalam partai harus diiringi dengan upaya untuk membangun sinergi dan kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.