Tiba di ruangan, Megawati langsung duduk di barisan kursi paling depan, begitu pula Ahok. Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah bahwa kedatangan Megawati Soekarnoputri ke DPP PDI-P bersama Ahok merupakan sebuah langkah politik yang menarik untuk dicermati. Kehadiran Megawati bersama Ahok, yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta yang pernah dijatuhi hukuman penjara atas kasus penistaan agama, menunjukkan bahwa ada upaya untuk membangun koalisi yang solid di PDI-P. Kehadiran Megawati juga bisa diartikan sebagai upaya untuk mendukung Ahok dalam pemulihan citranya di mata publik dan memberikan sinyal bahwa PDI-P mungkin mempertimbangkan untuk membawa Ahok ke dalam jajaran kader partai tersebut. Hal ini tentu saja mengundang kontroversi di tengah masyarakat, mengingat kasus hukum yang pernah menimpa Ahok. Selain itu, kedatangan Megawati bersama Ahok juga bisa diartikan sebagai sebuah strategi politik untuk memperkuat posisi PDI-P dalam menghadapi Pemilu mendatang. Kehadiran Ahok sebagai figur yang memiliki popularitas dan dukungan massa yang besar di Jakarta, dapat menjadi aset berharga bagi PDI-P dalam meraih suara di wilayah tersebut. Namun, di sisi lain, langkah ini juga bisa menimbulkan polemik di kalangan anggota partai yang mungkin memiliki pandangan yang berbeda mengenai Ahok. Terlebih lagi, upaya untuk membangun citra positif Ahok di tengah kebijakan partai yang secara historis berhaluan nasionalis dan agamis juga mungkin akan menimbulkan pro dan kontra di internal PDI-P. Dengan demikian, kehadiran Megawati bersama Ahok di DPP PDI-P merupakan sebuah langkah politik yang menarik dan memunculkan berbagai spekulasi serta pro dan kontra di kalangan masyarakat. Yang pasti, hal ini menunjukkan dinamika politik yang terus berkembang di Indonesia dan peran penting partai politik dalam membangun koalisi dan strategi untuk meraih dukungan dalam Pemilu mendatang.