Ribuan mahasiswa di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) demo menolak dinasti Joko Widodo berakhir ricuh, Senin (26/8/2024) lalu. Saya sangat prihatin dengan peristiwa terbakarnya mobil angkot akibat aksi demo mahasiswa di Makassar. Hal ini menunjukkan bahwa demo yang semestinya sebagai sarana untuk menyuarakan pendapat dan aspirasi masyarakat ternyata berujung pada kekerasan dan kerusakan harta benda. Tindakan seperti ini jelas tidak dapat dibenarkan dan hanya akan merugikan banyak pihak. Kerusakan mobil angkot tersebut juga akan memberikan dampak negatif bagi pengemudi dan pemilik angkot tersebut. Mereka pasti akan mengalami kerugian finansial yang cukup besar akibat kehilangan kendaraan yang merupakan sumber penghasilan utama mereka. Selain itu, kerugian juga akan dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan angkutan umum tersebut untuk beraktivitas sehari-hari. Penyebab dari demo tersebut perlu dikaji lebih dalam agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang. Pemerintah dan lembaga terkait harus segera menindak pelaku yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut agar dapat membuat efek jera bagi pihak-pihak yang ingin menyalahgunakan demo untuk melakukan tindakan kekerasan. Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan dialog antara pemerintah dan mahasiswa agar perbedaan pendapat dapat diselesaikan dengan cara yang lebih damai dan konstruktif. Jangan sampai demo mahasiswa yang semestinya sebagai wadah untuk menyuarakan aspirasi hanya digunakan sebagai alasan untuk melakukan tindakan anarkis dan kekerasan. Dalam kondisi seperti ini, semua pihak harus saling mendengarkan dan mencari solusi yang terbaik untuk kepentingan bersama. Kekerasan dan kerusuhan tidak akan membawa manfaat dalam penyelesaian masalah, melainkan hanya akan menimbulkan kerugian dan ketakutan bagi masyarakat luas. Semoga peristiwa seperti ini tidak terulang di tempat lain dan upaya konstruktif dapat segera dilakukan untuk mencegah hal serupa terjadi di masa mendatang.