Pramono Anung yang mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta disebut tidak populer di kalangan Generazi Z (Gen-Z) oleh anak kandungnya sendiri. Berita tersebut merupakan sebuah realita yang cukup menggambarkan dinamika hubungan antara orangtua dan anak di era kekinian. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat perubahan pola hidup, teknologi, dan nilai-nilai yang dominan pada generasi Z saat ini. Generasi Z cenderung lebih terkoneksi dengan dunia digital daripada realitas sekitarnya. Meskipun demikian, saya rasa tidak sepenuhnya benar bahwa generasi Z tidak mengenal atau tidak peduli dengan orangtua mereka. Walaupun mereka mungkin terkesan lebih individualis atau lebih fokus pada kehidupan pribadi dan karir, namun masih banyak dari mereka yang tetap memiliki hubungan yang baik dengan orangtua mereka. Seringkali, komunikasi antara generasi Z dengan orangtua mereka memang lebih lewat media sosial ataupun pesan singkat, namun hal tersebut bukan berarti mereka tidak memiliki ikatan emosional yang kuat dengan keluarga mereka. Penting bagi orangtua untuk dapat memahami perbedaan karakteristik dan nilai-nilai generasi Z agar dapat menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Mungkin diperlukan pendekatan yang berbeda, seperti lebih terbuka terhadap teknologi dan memahami minat serta kebutuhan mereka. Sebaliknya, generasi Z juga perlu berusaha untuk lebih menghargai peran dan pengalaman orangtua mereka serta menjaga hubungan yang baik dengan mereka meskipun dalam bentuk yang berbeda dari generasi sebelumnya. Hal ini juga merupakan panggilan bagi kita semua untuk lebih memperhatikan interaksi antargenerasi dalam keluarga. Sebuah ikatan yang kuat antara orangtua dan anak merupakan salah satu fondasi penting dalam membangun masyarakat yang kokoh. Dengan adanya pemahaman dan komunikasi yang baik, diharapkan akan terjalin hubungan yang harmonis antara generasi Z dengan orangtua mereka sehingga dapat saling mendukung dan memahami satu sama lain.