Konser musisi Bondan Prakoso di Lapangan Jenderal Sudirman, Aceh, batal. Konser diganti tahlilan ulama Aceh, Tu Sop. Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah bahwa keputusan untuk membatalkan konser Bondan Prakoso dan menggantinya dengan acara tahlilan ulama Aceh adalah suatu keputusan yang sangat bijaksana. Dalam konteks budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Aceh, tahlilan merupakan bentuk ibadah dan penghormatan terhadap para ulama yang telah berjasa dalam memperjuangkan agama dan kebaikan umat. Keputusan tersebut juga menunjukkan kesadaran dari pihak penyelenggara acara untuk menghargai sensitivitas dan nilai-nilai masyarakat setempat. Dengan membatalkan konser yang dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat Aceh, hal tersebut dapat mencegah terjadinya potensi konflik atau perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Sebagai seorang seniman, tentu Bondan Prakoso juga seharusnya dapat memahami dan menghormati keputusan tersebut. Sebagai tokoh publik, ia juga memiliki tanggung jawab untuk menghormati budaya dan tradisi setiap tempat yang dikunjunginya. Dengan dilakukannya acara tahlilan ulama Aceh sebagai pengganti konser Bondan Prakoso, diharapkan dapat mempererat persatuan dan kesatuan antara masyarakat Aceh, serta memberikan nilai positif bagi semua pihak yang terlibat. Hal ini juga bisa menjadi contoh bagi acara-acara seni dan budaya lainnya untuk selalu memperhatikan dan menghormati nilai-nilai serta sensitivitas masyarakat setempat. Kita semua sebagai masyarakat juga harus lebih menghargai dan menghormati keberagaman budaya di Indonesia. Dengan saling menghormati satu sama lain, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai di tengah-tengah keberagaman budaya yang ada.