Ridwan Kamil mengomentari kemacetan parah di sekitar Jakarta International Stadium (JIS) usai konser musik Bruno Mars. Tanggapan saya terhadap berita tersebut adalah Ridwan Kamil membandingkan pembubaran konser Bruno Mars di Jakarta International School (JIS) dengan konser Dewa 19 yang berlangsung selama empat jam. Pernyataan Ridwan Kamil tersebut menunjukkan adanya ketidakadilan dalam penanganan acara konser yang dilaksanakan oleh artis luar negeri dan artis lokal. Pembubaran konser Bruno Mars di JIS secara tiba-tiba merupakan sebuah kejadian yang memancing kontroversi di kalangan masyarakat. Beberapa pihak mungkin merasa kecewa dengan keputusan tersebut, mengingat konser tersebut merupakan acara yang dinantikan oleh banyak penggemar dan telah menunggu dengan sabar untuk melihat langsung penampilan Bruno Mars. Sementara itu, pernyataan Ridwan Kamil juga menunjukkan bahwa konser Dewa 19 yang berlangsung selama empat jam tidak mendapatkan perlakuan yang serupa dengan konser Bruno Mars di JIS. Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan dalam penanganan acara seni dan budaya di Indonesia, di mana acara yang melibatkan artis luar negeri cenderung mendapatkan perlakuan yang lebih diperhatikan dibandingkan dengan acara yang melibatkan artis lokal. Sebagai seorang pemimpin daerah, Ridwan Kamil seharusnya memberikan pandangan yang adil dan objektif terhadap kedua acara konser tersebut. Ia seharusnya memastikan bahwa setiap acara seni dan budaya yang dilaksanakan di wilayahnya mendapatkan perlakuan yang sama, tanpa adanya diskriminasi berdasarkan asal usul artis yang terlibat. Dengan adanya peristiwa ini, diharapkan akan ada perhatian yang lebih serius terhadap penanganan acara seni dan budaya di Indonesia, sehingga konser-konser yang dilaksanakan di negara ini dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan atau diskriminasi. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan seni dan budaya yang merata dan adil bagi semua pihak yang terlibat.