Suara dua hakim MK bergetar saat membaca putusan uji materi KUHP yang diajukan para ibu yang anaknya diculik mantan suami. Ini sebabnya. Saya merasa tersentuh dan terharu melihat reaksi dua hakim Mahkamah Konstitusi yang membacakan putusan dalam gugatan para ibu yang anaknya diculik oleh mantan suami. Suara mereka yang bergetar menunjukkan betapa beratnya situasi yang dihadapi oleh para ibu tersebut. Mereka sepertinya merasakan empati dan simpati yang mendalam terhadap penderitaan yang dialami oleh para ibu tersebut. Kasus seperti ini memang selalu menyentuh hati dan menunjukkan betapa pentingnya perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan anak-anak dalam kasus perceraian. Anak adalah korban yang paling tidak berdosa dalam setiap konflik rumah tangga, dan hakim seharusnya memastikan bahwa kepentingan dan perlindungan mereka selalu menjadi prioritas utama. Reaksi emosional dari dua hakim tersebut juga bisa dijadikan sebagai contoh bahwa penegakan hukum bukan hanya soal aturan dan teknisitas, tetapi juga membutuhkan empati dan kepedulian terhadap situasi manusia di belakang kasus tersebut. Mungkin saja, suara mereka yang bergetar tersebut dapat membantu memberikan semangat kepada para ibu yang telah berjuang keras untuk mendapatkan keadilan bagi anak-anak mereka. Kasus ini juga seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua pihak, bahwa kekerasan dalam rumah tangga atau perceraian bukanlah masalah sepele dan bisa memiliki dampak yang sangat besar terhadap korban, terutama anak-anak. Penting bagi kita semua untuk lebih peduli dan berperan aktif dalam mencegah dan menangani kasus-kasus semacam ini, sehingga tidak ada lagi anak yang menjadi korban dalam konflik orang dewasa. Dengan adanya reaksi yang begitu manusiawi dari dua hakim tersebut, semoga menginspirasi kita semua untuk lebih peka terhadap permasalahan sosial sekitar, dan memberikan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi para korban kekerasan dalam rumah tangga. Kita semua berhak mendapatkan perlindungan dan keadilan, tanpa terkecuali.