BEM FISIP Unair Dibekukan Usai Buat Karangan Bunga "Satire" Ucapan Selamat ke Presiden

27 October, 2024
7


Loading...
BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair) dibekukan usai membuat karangan bunga satire.
Berita tentang pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) yang diakibatkan oleh aksi karangan bunga satire yang ditujukan kepada Presiden menunjukkan dinamika antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial dalam konteks mahasiswa. Aksi ini, yang merupakan bentuk kritik dan kepedulian sosial, mencerminkan bagaimana dunia akademik sering kali berfungsi sebagai ruang bagi mahasiswa untuk menyuarakan pendapat dan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Di satu sisi, tindakan BEM FISIP Unair ini bisa dipandang sebagai bentuk kreativitas dalam mengekspresikan pandangan politik. Karangan bunga tersebut tidak hanya berfungsi sebagai ucapan selamat, tetapi juga menyampaikan pesan yang dalam dan menantang terhadap pola kepemimpinan yang ada. Hal ini mencerminkan keberanian mahasiswa dalam menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini, mahasiswa mengambil peran aktif dalam proses demokrasi, yang seharusnya diapresiasi dan didukung. Namun, di sisi lain, keputusan untuk membekukan BEM FISIP dapat memicu perdebatan tentang batasan kebebasan berekspresi. Pembekuan ini bisa dianggap sebagai upaya untuk membungkam suara kritik, yang seharusnya tidak terjadi dalam institusi pendidikan yang memiliki prinsip kebebasan akademik. Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi seharusnya menjadi wadah bagi pengembangan pemikiran kritis dan dialog terbuka. Larangan semacam ini dapat menciptakan suasana ketidaknyamanan dan ketidakadilan bagi mahasiswa yang ingin berpartisipasi dalam diskusi politik. Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa ini juga memperlihatkan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda Indonesia dalam mengekspresikan pandangan mereka. Dengan mempertimbangkan sejarah panjang pengekangan kebebasan berpendapat di Indonesia, situasi ini bisa memengaruhi motivasi mahasiswa untuk bersuara. Jika kritik-kritik yang disampaikan melalui cara-cara yang kreatif dan lugas dipandang sebagai ancaman, maka hal ini dapat mengurangi partisipasi aktif generasi muda dalam memperjuangkan perubahan sosial. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan dan pihak berwenang untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebebasan berpendapat dan berekspresi. Dukungan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan dialog yang konstruktif antara mahasiswa dan pemerintah, agar kritik yang disampaikan dapat diterima sebagai masukan yang berharga, bukan sebagai ancaman. Dalam hal ini, upaya untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis dan argumen yang kuat dalam menyuarakan pendapat adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih demokratis dan berkeadaban. Melalui peristiwa ini, diharapkan akan ada refleksi baik dari pihak universitas maupun pemerintah mengenai pentingnya ruang untuk berpendapat di kalangan mahasiswa. Kebebasan berekspresi tidak hanya penting untuk pertumbuhan individu, tetapi juga untuk kemajuan bangsa secara keseluruhan. Mahasiswa, sebagai generasi penerus, memiliki peran vital dalam memastikan suara mereka didengar dan diperhitungkan dalam perjalanan pembangunan sosial dan politik di Indonesia.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Comment