Video pendukung calon gubernur Sumatera Utara nomor urut 1, Bobby Nasution, meneriakkan yel-yel menyinggung tim sepak bola PSMS Medan viral. Berita mengenai pendukung Bobby Nasution yang dikecam karena teriakan "PSMS Hancur" di debat Pilkada tentu memunculkan berbagai reaksi dan pendapat dari masyarakat. Tindakan pendukung yang mengekspresikan opini dengan cara yang provokatif dapat dianggap sebagai refleksi dari ketegangan politik yang terjadi. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa debat publik, terutama dalam pemilihan kepala daerah, seharusnya menjadi ajang untuk menyampaikan visi, misi, dan argumentasi yang konstruktif, bukan untuk mengedepankan perpecahan atau huru-hara. Pernyataan yang dibuat pendukung tersebut tampaknya mengeksploitasi perasaan emosional para penggemar PSMS Medan, yang merupakan tim sepak bola lokal dengan banyak pengikut. Olahraga sering kali menjadi bagian integral dari identitas kota dan bisa memicu perasaan kebanggaan. Namun, dengan menjadikan isu tersebut sebagai senjata politik, hal ini justru dapat berpotensi memperburuk hubungan antar pendukung dan menimbulkan konflik yang lebih besar di masyarakat. Dari sisi politik, tindakan tersebut dapat menjadi boomerang bagi Bobby Nasution sebagai calon walikota. Pendukung yang terlibat dalam tindakan provokatif dapat menciptakan citra negatif dan menyulitkan pencapaian visi politik yang lebih positif. Pemilih yang berusaha mencari kandidat yang mampu menyatukan berbagai elemen dalam masyarakat mungkin akan kecewa jika melihat perilaku pendukung yang intoleran atau kasar. Oleh karena itu, penting bagi calon pemimpin untuk mengedukasi dan mengontrol basis pendukungnya agar tetap fokus pada diskusi yang konstruktif. Selain itu, dinamika dukungan dalam konteks olahraga dan politik juga mencerminkan betapa eratnya keterikatan masyarakat terhadap identitas lokal. Menyampaikan kritik terhadap tim olahraga dengan cara yang kasar tidak hanya menciptakan ketegangan, tetapi juga dapat mengikis rasa kebersamaan yang seharusnya ada di antara warga kota. Kita perlu mendorong dialog yang lebih damai dan inklusif, di mana semua pihak merasa didengar dan dihargai. Dengan adanya respons negatif terhadap kejadian tersebut, ini bisa menjadi kesempatan bagi para calon dan pendukung mereka untuk mengevaluasi strategi dan pendekatan yang digunakan dalam kampanye. Membangun kampanye yang berbasis pada pengertian dan penerimaan serta saling menghormati antar berbagai kelompok dapat membawa dampak yang lebih positif dan mendalam bagi masyarakat. Hal ini sekaligus bisa membawa nuansa persatuan yang sangat dibutuhkan dalam konteks perbedaan pilihan politik. Akhirnya, insiden tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk refleksi. Sudah saatnya kita mendorong solidaritas yang lebih besar di tengah keragaman pandangan, terutama menjelang pemilihan yang penting. Media dan publik juga memiliki peranan penting untuk membantu menciptakan suasana yang sehat dalam kontestasi politik, dengan mendorong sikap saling menghormati dan berfokus pada isu-isu substantif yang lebih berarti bagi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.