Sebelum Heboh Live TikTok, Warga Kampung di Sukabumi Hanya Bekerja Jadi Buruh dan Petani

3 November, 2024
8


Loading...
Sejak melihat penghasilan Gunawan Sadbor, seorang warga yang sukses dari live joget TikTok, banyak warga yang tergiur mencoba peruntungan serupa.
Berita tentang kehidupan warga Kampung di Sukabumi yang hanya bekerja sebagai buruh dan petani sebelum viralnya fenomena live di TikTok mencerminkan realitas yang multifaset dari masyarakat desa di Indonesia. Hal ini menunjukkan bagaimana perubahan teknologi dan media sosial dapat membawa dampak signifikan terhadap ekonomi dan sosial suatu komunitas. Sebelum kemunculan platform-platform digital seperti TikTok, banyak orang di daerah tersebut mungkin terjebak dalam siklus kerja yang tradisional, membatasi peluang untuk berkembang dan berinovasi. Dengan adanya layanan live streaming, penduduk kampung bisa memanfaatkan platform ini untuk mengekspresikan diri, berbagi kreativitas, dan bahkan menghasilkan pendapatan tambahan. Hal ini menjadi penting, terutama bagi mereka yang selama ini mungkin tidak memiliki akses ke pasar yang lebih luas atau sumber daya untuk mendapatkan keterampilan baru. Dengan menjadikan hiburan dan interaksi sosial sebagai bagian dari pekerjaan, banyak orang yang menemukan cara baru untuk menggali potensi mereka dan meningkatkan taraf hidup. Namun, sektor digital juga membawa tantangan tersendiri. Ketidakpastian dalam pendapatan dari media sosial, ancaman ketergantungan pada algoritma platform, serta risiko kesehatan mental akibat pola kerja yang tidak teratur, menjadi beberapa hal yang perlu diperhatikan. Warga yang beralih ke profesi ini harus memiliki kesiapan mental dan strategi yang baik agar tidak terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis atau menghadapi dampak negatif dari hidup dalam sorotan publik. Krisis identitas juga mungkin muncul seiring dengan transformasi peran sosial individu. Warga yang sebelumnya dikenal sebagai buruh atau petani kini dihadapkan pada ekspektasi baru sebagai 'influencer' atau pembuat konten. Hal ini dapat menggeser cara pandang masyarakat terhadap nilai dan kontribusi setiap individu. Masyarakat harus menemukan cara untuk mendukung satu sama lain dalam menghadapi perubahan ini tanpa kehilangan nilai-nilai tradisional yang telah ada. Secara keseluruhan, berita ini menggambarkan dinamika yang menarik antara dunia tradisional dan modern. Pemanfaatan media sosial sebagai alat untuk beradaptasi dan berkembang merupakan refleksi dari inovasi yang dimiliki oleh masyarakat, tetapi juga menuntut pemahaman yang lebih dalam mengenai dampaknya. Dengan dukungan yang tepat—baik dari pemerintah, institusi pendidikan, maupun masyarakat luas—warga Sukabumi dapat memanfaatkan peluang yang ada tanpa kehilangan akar budaya yang telah menjadi ciri khas mereka.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Comment