Loading...
Mahasiswa UI kecewa karena dari tiga cagub Jakarta yang diundang, hanya Pramono Anung yang bisa datang ke acara diskusi dengan sivitas akademika.
Berita mengenai undangan kepada tiga calon gubernur (cagub) Jakarta yang hanya dihadiri oleh Pramono dapat menciptakan berbagai pendapat dan analisis. Dari sudut pandang profesionalisme, kehadiran hanya satu cagub di sebuah forum diskusi di kampus, seperti yang disampaikan oleh mahasiswa Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa ada kesenjangan dalam komitmen para calon terhadap dialog dengan masyarakat, terutama dengan generasi muda sebagai bagian dari pemilih yang kritis.
Pertama, kehadiran Pramono yang sendiri dalam acara tersebut mencerminkan sikap proaktif dan kesediaan untuk berinteraksi langsung dengan kalangan akademis. Hal ini bisa dilihat sebagai upaya untuk membangun kedekatan dengan pemilih potensial. Namun, pihak lain yang tidak hadir memperlihatkan kurangnya perhatian mereka terhadap proses demokrasi dan kesempatan untuk mendiskusikan isu-isu penting dengan masyarakat. Dalam konteks ini, profesionalisme seorang calon pemimpin sangat berpengaruh terhadap citra dan penerimaan publik.
Kedua, evaluasi terhadap ketidakhadiran dua cagub lainnya menyiratkan adanya pertanyaan tentang cara mereka memandang relevansi dialog politik. Seorang cagub seharusnya memahami bahwa partisipasi dalam forum-forum semacam itu sangat penting untuk menjelaskan visi-misi mereka dan mendengarkan langsung aspirasi dari masyarakat, khususnya kalangan akademis yang memiliki pemikiran kritis. Jika mereka mengabaikan kesempatan seperti itu, publik berhak curiga mengenai keseriusan mereka dalam menjalankan amanah ketika terpilih nantinya.
Dari perspektif mahasiswa yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap ketidakhadiran dua cagub tersebut, merupakan sinyal bahwa generasi muda menginginkan keterlibatan yang lebih besar dalam proses politik. Mereka ingin para pemimpin tidak hanya berbicara dalam agenda-agenda formal, tetapi juga mau mendengar dan berdiskusi dengan elemen masyarakat lainnya. Ini bisa menjadi peluang untuk menciptakan keterhubungan yang lebih baik antara calon pemimpin dan konstituennya.
Ketidakhadiran dalam acara-acara semacam ini juga bisa jadi dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, seperti kesibukan kampanye atau strategi politik yang berbeda. Namun, tetap saja hal itu tidak bisa menjadi alasan yang kuat untuk mengabaikan forum diskusi yang bernilai. Pada akhirnya, para cagub harus mengingat bahwa kehadiran mereka dalam setiap kesempatan untuk berinteraksi dengan publik berpengaruh besar terhadap persepsi yang dibangun di benak masyarakat.
Sebagai penutup, dinamika ini bisa menjadi pelajaran bagi semua calon pemimpin, bahwa keberanian untuk berdialog dan mendengarkan adalah bagian penting dari kepemimpinan yang baik. Jika mereka ingin menunjukkan komitmen nyata terhadap demokrasi dan partisipasi publik, maka kehadiran mereka di acara-acara seperti ini tidak bisa dianggap remeh. Opini publik sering kali dibentuk dari tindakan nyata, dan dalam hal ini, ketidakhadiran dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih jauh dalam proses pemilihan.
Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love
Care
Haha
Wow
Sad
Angry
Comment