Loading...
Mohammed Shabat, seorang dokter lulusan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, gugur bersama keluarganya, pada Selasa (12/11).
Berita mengenai sosok Mohammed Shabat, seorang dokter Palestina alumnus UIN Jakarta yang gugur di Gaza, tentu membawa duka yang mendalam. Kehilangan seorang tenaga medis dalam konteks konflik di Palestina bukan hanya kehilangan bagi keluarga dan teman-temannya, tetapi juga bagi komunitas medis dan masyarakat yang lebih luas. Dokter seperti Shabat memainkan peran krusial dalam memberikan perawatan kesehatan di tengah kondisi yang sangat sulit, di mana akses terhadap layanan kesehatan sangat terbatas dan ancaman terhadap keselamatan selalu mengintai.
Kehadirannya di Gaza, tempat yang dilanda konflik berkepanjangan, menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap pelayanan kemanusiaan. Banyak dokter, termasuk Shabat, yang meskipun mereka berpotensi untuk mencari kehidupan yang lebih aman di tempat lain, memilih untuk tinggal dan berkontribusi di daerah yang membutuhkan. Tindakan ini mencerminkan komitmen yang mendalam terhadap etika profesi medis, di mana mereka berjuang untuk menyelamatkan nyawa di tengah ketidakpastian dan bahaya.
Berita ini juga mengingatkan kita pada kondisi yang sangat menyedihkan di wilayah Palestina. Setiap peperangan dan kekerasan meninggalkan jejak yang dalam di masyarakat, terutama pada sektor kesehatan. Masyarakat yang sudah terpengaruh oleh blokade, kurangnya akses terhadap sumber daya, dan trauma yang berkepanjangan kini kehilangan salah satu penyelamatnya. Ini menambah beban bagi sistem kesehatan yang sudah rapuh.
Kehilangan seorang dokter seperti Mohammed Shabat juga bisa memicu kesadaran global tentang pentingnya dukungan untuk masyarakat Palestina. Selama bertahun-tahun, konflik di wilayah ini telah menarik perhatian internasional, namun sering kali perhatian tersebut bersifat temporer. Kematian Shabat menyoroti kebutuhan mendesak akan solidaritas dan tindakan nyata dari masyarakat internasional untuk mengakhiri ketidakadilan dan membangun perdamaian yang berkelanjutan.
Di sisi lain, kejadian seperti ini harusnya menjadi pemicu bagi kita untuk lebih mendalami dan memahami kompleksitas yang ada di Palestina. Menggali lebih jauh tentang latar belakang, kehidupan, dan perjuangan masyarakat di sana memungkinkan kita untuk melihat bukan hanya konflik, tetapi juga kisah-kisah ketangguhan dan harapan di tengah kesulitan.
Secara keseluruhan, berita duka ini bukan hanya tentang kehilangan seorang individu, tetapi juga tentang kehilangan harapan bagi banyak orang. Semoga ini dapat menjadi panggilan untuk kita semua, baik individu maupun masyarakat, untuk berkontribusi pada upaya perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan. Mari kita kenang Mohammed Shabat bukan hanya sebagai seorang dokter yang gugur, tetapi sebagai simbol dari ketahanan dan semangat layanan kemanusiaan yang harus terus kita jaga dan dorong ke depan.
Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love
Care
Haha
Wow
Sad
Angry
Comment