Loading...
Seorang guru Sekolah Dasar (SD) di Surabaya, Intan Kusumaningrum jadi viral usai terapkan menode unik pelaksanaan ujian gunakan topeng
Berita tentang Intan Kusumaningrum yang meminta muridnya mengenakan topeng saat ujian menjadi perhatian publik dan menimbulkan berbagai reaksi. Di satu sisi, tindakan tersebut dapat dipahami sebagai upaya untuk menciptakan suasana ujian yang berbeda, dan mungkin untuk mengurangi kecurangan. Namun, di sisi lain, praktik ini juga mengundang pro dan kontra, terutama terkait dengan pembelajaran dan aspek psikologis siswa.
Sebagai guru, Intan mungkin memiliki niat baik di balik keputusannya. Menggunakan topeng dapat dilihat sebagai simbol untuk menyamarkan identitas siswa, sehingga diharapkan dapat menurunkan kemungkinan mereka saling membantu secara curang. Namun, tindakan ini juga berpotensi menciptakan tekanan tambahan yang tidak diperlukan. Ujian, sebagai salah satu metode evaluasi, sudah cukup menegangkan bagi banyak siswa tanpa perlu menambah elemen yang dapat memperburuk keadaan psikologis mereka.
Dari sudut pandang pendidikan, pendekatan yang diambil oleh Intan mungkin menunjukkan kurangnya pemahaman tentang metode pengujian yang lebih efektif dan etis. Selama ini, ada beragam teknik yang bisa diterapkan untuk mencegah kecurangan, seperti soal yang lebih kompleks, pengawasan yang ketat, atau penggunaan teknologi. Dengan meminta siswa untuk mengenakan topeng, seolah-olah guru tersebut menghindari tantangan untuk menciptakan lingkungan ujian yang adil dan budaya akademik yang sehat.
Selain itu, keputusan ini juga menjadi refleksi tentang cara kita mengelola pendidikan di era digital. Siswa saat ini memiliki akses yang lebih besar ke sumber informasi dan teknologi, yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Jadi, daripada fokus pada pencegahan kecurangan dengan cara yang kontroversial, akan lebih baik jika para pendidik diarahkan pada metode evaluasi yang mendorong kejujuran dan integritas akademik.
Reaksi masyarakat terhadap kejadian ini membuktikan bahwa setiap keputusan dalam dunia pendidikan harus dipertimbangkan secara hati-hati. Kebijakan yang diambil oleh seorang guru dapat mempengaruhi tidak hanya pengalaman belajar siswa, tetapi juga reputasi institusi pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua perlu ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik.
Tentu saja, dalam dunia pendidikan tidak ada satu cara yang benar. Namun, penting bagi para pendidik untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman, serta memahami dampak dari setiap keputusan yang mereka ambil. Dalam kasus Intan Kusumaningrum, kita semua bisa mengambil pelajaran berharga tentang perlunya dialog yang terbuka dan evaluasi terhadap praktik yang ada agar dapat menciptakan metode pembelajaran yang tidak hanya efektif, tetapi juga mendukung pengembangan karakter siswa.
Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like
Love
Care
Haha
Wow
Sad
Angry
Comment