Gen Z Disebut Mudah Depresi-Pilih Bunuh Diri, Ini Analisis Pakar Unisa

20 November, 2024
4


Loading...
Fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa Gen Z meningkat. Penyebabnya termasuk tekanan untuk sukses dan kurangnya dukungan emosional dari lingkungan.
Berita mengenai gen Z yang disebut mudah depresi dan memilih bunuh diri merupakan sebuah isu yang sangat serius dan memerlukan perhatian mendalam dari berbagai pihak. Generasi ini, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, mengalami berbagai tantangan yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Dalam era digital yang sangat terhubung, mereka berhadapan dengan banyak tekanan dari media sosial, ekspektasi hidup, dan kondisi sosial-ekonomi yang tidak menentu. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingkat depresi dan kecenderungan bunuh diri di kalangan Gen Z mungkin berasal dari perbandingan sosial yang tidak sehat yang sering terjadi di media sosial. Mereka terpapar pada citra ideal dan kesuksesan yang sering kali tidak realistis, yang dapat menyebabkan perasaan tidak cukup baik dan rendah diri. Ketika individu merasa terasing atau tidak mampu memenuhi norma-norma yang ditetapkan oleh masyarakat, dapat timbul rasa putus asa yang berujung kepada masalah kesehatan mental yang serius. Selain itu, tekanan akademis dan lingkungan yang kompetitif juga bermain peran penting. Banyak dari mereka merasakan beban yang berat untuk mencapai prestasi tinggi, baik di bidang pendidikan maupun karier. Tekanan ini tidak hanya berasal dari diri mereka sendiri, tetapi juga dari keluarga dan lingkungan sekitar yang berharap mereka dapat sukses. Hal ini dapat memicu kecemasan dan depresi jika tidak dikelola dengan baik. Pengaruh lingkungan juga signifikan. Ketidakpastian yang dihadapi oleh gen Z, seperti krisis iklim, ketidakstabilan politik, dan masalah ekonomi global, turut memengaruhi pandangan mereka terhadap masa depan. Banyak di antara mereka merasa pesimis dan khawatir tentang apa yang akan datang, yang bisa menambah perasaan tertekan dan putus asa. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara tentang masalah yang mereka hadapi. Upaya pencegahan dan dukungan kesehatan mental harus menjadi prioritas. Institusi, pemerintah, dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan program-program yang tidak hanya mengedukasi tentang kesehatan mental tetapi juga menyediakan akses kepada layanan konseling dan dukungan psikologis. Memberikan fasilitas dan platform untuk berbicara tentang perasaan dan masalah yang dihadapi dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong generasi ini untuk mencari bantuan ketika mereka membutuhkannya. Akhirnya, penting juga untuk mengajak orang tua dan pendidik untuk memainkan peran aktif dalam memahami dan mendukung generasi ini. Komunikasi yang terbuka dan jujur dapat membantu mengurangi perasaan kesendirian sekaligus meningkatkan ikatan emosional. Dalam menghadapi tantangan zaman, kolaborasi dari semua pihak menjadi kunci untuk mencegah bunuh diri serta mendukung kesehatan mental Gen Z secara keseluruhan.

Setujukah? Bagaimana pendapat anda? Berikan comment or reaction dibawah
Like emoji
Like
Love emoji
Love
Care emoji
Care
Haha emoji
Haha
Wow emoji
Wow
Sad emoji
Sad
Angry emoji
Angry

Tags

Comment