Raut wajah mahasiswa yang diduga meninggal dunia setelah bunuh diri terekam kamera CCTV. Berita mengenai kejadian tragis yang melibatkan mahasiswa ITB yang diduga mengakhiri hidupnya tentu menjadi sorotan yang menggelisahkan bagi banyak orang. Pertama-tama, kita perlu memahami konteks dan kompleksitas masalah kesehatan mental yang mungkin menjadi latar belakang dari peristiwa ini. Dalam masyarakat kita, masih ada stigmatisasi yang kuat terhadap isu kesehatan mental, di mana sering kali orang yang mengalami masalah tersebut merasa terisolasi dan tidak didukung. Sangat penting untuk menciptakan lingkungan di mana orang merasa aman untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang mereka hadapi. Pemantauan melalui CCTV dan temuan di kamar mungkin memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan psikologis mahasiswa tersebut. Namun, kita juga harus memperhatikan bahwa data ini tidak dapat sepenuhnya menjelaskan motif atau kondisi mental yang dialaminya. Keputusan untuk mengakhiri hidup biasanya merupakan hasil dari berbagai faktor yang kompleks, termasuk tekanan akademis, masalah pribadi, atau bahkan masalah yang lebih dalam seperti depresi yang tidak terdiagnosis. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih peka dan responsif terhadap tanda-tanda seseorang yang mungkin mengalami kesulitan. Selain itu, perlu ada perhatian lebih dari institusi pendidikan dan masyarakat luas terhadap pentingnya dukungan mental di kalangan mahasiswa. Dengan tekanan yang dihadapi oleh mahasiswa, baik dari sisi akademik maupun sosial, penting bagi kampus untuk menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis yang memadai. Kampus bisa mengadakan program atau workshop mengenai kesehatan mental, yang dapat membantu mahasiswa lebih memahami kondisi mereka dan tahu ke mana harus mencari bantuan ketika dibutuhkan. Kejadian ini juga mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi dan hubungan sosial yang baik di antara teman-teman. Kadang-kadang, individu merasa lebih nyaman untuk berbagi masalah mereka dengan teman dekat dibandingkan dengan mencari bantuan profesional. Oleh karena itu, menciptakan budaya di mana saling mendukung dan peduli terhadap satu sama lain dapat menjadi langkah preventif yang sangat berharga untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. Akhirnya, tragedi seperti ini seharusnya mendorong kita untuk lebih aktif melakukan diskusi mengenai kesehatan mental di tingkat masyarakat. Kita tidak dapat hanya menganggap isu ini sebagai masalah individu; sebaliknya, ini adalah tantangan kolektif yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum. Dengan cara ini, kita bisa berharap untuk mengurangi stigma dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung bagi semua orang.