Antara mimpi dan realitas, kata Antonius, masyarakat Flores Timur harus bangkit dan harus memberikan yang terbaik untuk Lewotanah tercinta. Berita tentang Ketua KPU Flores Timur yang meminta agar Pilkada 2024 dilaksanakan dalam suasana kebatinan mencerminkan tantangan dan harapan yang dihadapi dalam proses demokrasi di daerah tersebut. Permintaan ini menunjukkan kesadaran akan pentingnya aspek spiritual dan kultural dalam penyelenggaraan pemilu. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan agama, mengedepankan nilai-nilai lokal seperti kebatinan dapat menjadi langkah positif untuk menciptakan suasana yang damai dan kondusif. Dalam banyak kasus, pilkada sering kali diwarnai oleh konflik dan persaingan yang tajam. Dengan fokus pada aspek kebatinan, masyarakat diharapkan dapat lebih mementingkan persatuan dan kesatuan daripada perpecahan yang sering terjadi akibat perbedaan pilihan politik. Hal ini sangat relevan, terutama di daerah dengan masyarakat yang memiliki tradisi dan norma sosial yang kuat. Mendorong pendekatan yang lebih harmonis dapat membantu mengurangi tensi politik yang biasa terjadi dalam periode pemilihan. Di sisi lain, implementasi gagasan ini perlu diperhatikan dari segi praktisnya. Bagaimana seharusnya suasana kebatinan ini diterapkan? Apakah ada rencana konkret yang bisa diambil oleh KPU untuk memastikan hal tersebut terjadi? Ini adalah tantangan tersendiri yang memerlukan kolaborasi semua pihak, termasuk partai politik, masyarakat, dan tokoh adat setempat. Komunikasi yang baik dan keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi harus ditekankan agar pelaksanaan Pilkada berjalan sesuai dengan harapan. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan bagaimana kebatinan ini dapat diterjemahkan ke dalam proses pemilihan yang efektif dan transparan. Meskipun aspek spiritual sangat penting, tetap harus ada jaminan bahwa semua prosedur pemilu dijalankan dengan adil dan sesuai dengan regulasi yang ada. Integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu adalah kunci untuk menciptakan legitimasi bagi hasil pemilihan yang akan datang. Maka, harapan untuk melaksanakan Pilkada dalam suasana kebatinan harus diimbangi dengan langkah-langkah praktis yang jelas. Ini termasuk penciptaan forum-dialogis antara berbagai elemen masyarakat untuk mengedepankan dialog dan saling pengertian. Selain itu, sosialisasi mengenai pentingnya pemilihan yang bersih dan demokratis harus gencar dilakukan, sehingga elemen kebatinan tidak menjadi sekadar jargon, tetapi diejawantahkan dalam tindakan nyata. Pada akhirnya, jika Pilkada 2024 di Flores Timur dapat dilaksanakan dengan pendekatan yang memperhatikan kebatinan dan kearifan lokal, harapan untuk menciptakan suasana politik yang lebih positif dan konstruktif di daerah tersebut dapat terwujud. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi pemilihan itu sendiri tetapi juga untuk pembangunan berkelanjutan masyarakat Flores Timur ke depannya.